kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.880   71,00   0,45%
  • IDX 7.140   -20,81   -0,29%
  • KOMPAS100 1.092   -2,77   -0,25%
  • LQ45 867   -4,91   -0,56%
  • ISSI 216   0,14   0,06%
  • IDX30 443   -3,59   -0,80%
  • IDXHIDIV20 535   -4,97   -0,92%
  • IDX80 125   -0,31   -0,25%
  • IDXV30 134   -1,32   -0,97%
  • IDXQ30 148   -1,37   -0,92%

Begini Rekomendasi Saham dan Prospek Kinerja Tower Bersama Infrastructure (TBIG)


Selasa, 24 Oktober 2023 / 07:45 WIB
Begini Rekomendasi Saham dan Prospek Kinerja Tower Bersama Infrastructure (TBIG)
ILUSTRASI. rekomendasi saham untuk saham Tower Bersama Infrastructure (TBIG)


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berpotensi mencatatkan kinerja yang lebih baik pada semester 2 2023. Pada paruh pertama tahun ini, pendapatan TBIG tercatat turun 0,72% year on year (YoY) menjadi Rp 3,28 triliun, dari Rp 3,3 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. 

Pasalnya, selama Januari-Juni 2023, TBIG hanya memperoleh tambahan penyewaan sebanyak 544 tenant. Berbeda jauh dengan penambahan penyewaan pada semester pertama 2022 yang sebanyak 3.059 tenant. 

Seiring dengan penurunan ini, analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan memprediksi, TBIG hanya akan mencatatkan penambahan 418 tenant dan 195 menara baru di semester 2 2023 atau masing-masing tumbuh 1,3% dan 0,9% dibanding semester 1 2023. Estimasi pertumbuhan tersebut diturunkan dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3,4% untuk jumlah tenant dan 3,1% untuk jumlah menara. 

Menurut Steven, pertumbuhan pendapatan TBIG secara tahunan pada semester 1 2023 melambat dibandingkan peers. Hal ini salah satunya disebabkan oleh adanya merger antara Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia yang memungkinkan adanya integrasi jaringan antara kedua perusahaan. 

Baca Juga: Buy Saham ANTM, Cek Penjelasannya dari Analis Infovesta Kapital

Sebelum merger, penyewaan menara dari Indosat berkontribusi terhadap 35,4% pendapatan TBIG, sedangkan Hutchison sebesar 0,2%. Sementara kontribusi kedua perusahaan ini ke TOWR masing-masing 20,3% dan 26,1% dan terhadap MTEL masing-masing sebesar 19,8% dan 0,1%.

"Karena tidak diperpanjangnya beberapa sewa yang telah habis masa berlakunya oleh Indosat-Hutchison saat mereka mengkonfigurasi ulang jaringannya setelah merger, saya melihat MTEL memiliki risiko terendah menghadapi penurunan jumlah penyewa dibandingkan TBIG dan TOWR," tutur Steven dalam risetnya, 29 September 2023.

Sejalan dengan penurunan pendapatan tersebut, laba bersih TBIG pada semester 1 2023 merosot hingga 16,6% yoy menjadi Rp 689 miliar, dari Rp 826 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Penurunan laba bersih ini disebabkan adanya item non-operasional dan pajak yang lebih tinggi. 

Alhasil, Steven menurunkan estimasinya atas pendapatan dan laba bersih TBIG untuk setahun penuh 2023. Proyeksi pendapatan diturunkan menjadi Rp 6,66 triliun dari Rp 7,27 triliun, sedangkan estimasi laba bersih turun menjadi Rp 1,43 triliun dari Rp 2,05 triliun. 

 

Namun, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama berpendapat, kinerja TBIG masih akan ditopang oleh langkah para operator telekomunikasi untuk mempercepat perluasan dan peningkatan kualitas jaringannya. Hal ini memungkinkan adanya tambahan penyewaan menara dari para operator. 

Selain itu, sentimen Pemilihan Umum (Pemilu) juga akan memberikan efek positif ke emiten menara.

"Rangkaian  acara Pemilu akan meningkatkan kebutuhan atas konektivitas sehingga trafik data akan meningkat. Apalagi proses Pemilu cukup panjang bisa sampai Oktober 2024," tutur Nafan. 

Namun, melihat laba bersih TBIG yang turun dalam di semester 1 2023, Nafan mengimbau perusahaan untuk bisa melakukan efisiensi bisnis. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi penurunan yang lebih dalam lagi

Dalam riset tanggal 14 Agustus 2023, Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis mengatakan, prospek TBIG tetap positif karena mengembangkan aliran pendapatan baru di bisnis non-menara saat ini dengan daya tarik yang menjanjikan. Pendapatan TBIG pada kuartal II-2023 tumbuh 2,7% secara kuartalan menjadi Rp 1,66 triliun yang didukung pendapatan non-menara. 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham-Saham di Papan Akselerasi Saat IHSG Kembali Menukik

Di samping itu, Niko memperkirakan permintaan menata built to suit (B2S) akan meningkat di semester 2 2023. Klien utama TBIG, yakni IOH baru membelanjakan 33% anggaran belanja modalnya tahun 2023. Telkomsel dan XL Axiata juga membelanjakan kurang dari 50% anggaran tahun 2023 mereka.

Namun, perusahaan telekomunikasi ini berkomitmen untuk menyerap seluruh anggaran 2023. Niko berharap TBIG diuntungkan pada semester 2 2023 seiring dengan penambahan cakupan dan kapasitas jaringan telekomunikasi para operator, baik di Jawa maupun luar Jawa. 

"Bahkan jika spektrum telekomunikasi baru dilelang, saya memperkirakan perusahaan telekomunikasi akan terus meluncurkannya di tengah kebutuhan densifikasi jaringan," ucap Niko. 

BRI Danareksa Sekuritas dan Henan Putihrai Sekuritas merekomendasikan buy TBIG dengan target harga masing-masing Rp 2.500 per saham dan Rp 2.300 per saham. Sementara Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan accumulate TBIG dengan target harga Rp 2.300 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×