Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil catatkan kinerja yang apik sepanjang tahun 2021. Tercatat, bank pelat merah ini membukukan laba bersih sebesar Rp 28,0 triliun atau naik 66,8% secara year on year.
Head of Research Panin Sekuritas Nico Laurens menjelaskan, performa positif tersebut didorong oleh strategi BMRI untuk fokus ke high-yield segment. Hal ini menghasilkan stabilnya net interest margin (NIM) milik BMRI pada tahun lalu sebesar 5,09% (2020:5,1%). Selain itu, beberapa enabler seperti Livin, Kopra dan smart branches mampu menjaga performa komposisi CASA, yang translasi terhadap penurunan cost of fund.
“Selain itu, performa laba bersih juga didorong oleh tren penurunan beban provisi, yang turun ke Rp19,5 triliun atau turun 21,4% yoy. Angka tersebut setara dengan cost of credit (CoC) sebesar 2,1% dibanding 2020 yang sebesar 2,5%,” tulis Nico dalam risetnya pada 28 Januari.
Baca Juga: Bila Ada Kebutuhan Likuditas, Bank Mandiri Bakal Terbitkan EMTN Senilai US$ 450 Juta
Menurut Nico, BMRI masih akan fokus ke high-yield. Salah satunya adalah melalui segmen SME yang tumbuh signifikan tahun lalu, yakni tumbuh 8,7%. Performa positif ini terlihat dari tren menurunnya NPL di segmen SME dan commercial dan rendahnya loan downgrade dibandingkan periode sebelumnya. Guna menghadapi risiko, BMRI akan melakukan mitigasi melalui chain & channel, kolaborasi dengan fintech serta early warning system.
Selain itu, ekspansi digital juga masih akan menjadi salah satu katalis positif untuk kinerja BMRI ke depan. Pada kuartal keempat 2021, BMRI mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 1.291 triliun atau naik 6,4% secara kuartalan. Di satu sisi pertumbuhan deposito turun signifikan karena kondisi likuiditas yang masih kuat serta fokus Bank Mandiri untuk mengejar dana murah. Adapun, CASA tercatat tumbuh ke 74.0% dibanding 68,5% pada 2020.
“Performa positif DPK ini, membawa LDR BMRI turun ke 80% dari 83% lewat performa yang positif dari super app Livin, dengan jumlah download yang telah mencapai 7,5 juta sejak peluncuran di Oktober 2021. Kami melihat dengan upcoming features seperti akses terhadap produk investasi akan menjadi katalis positif untuk ke depannya,” imbuhnya.
Baca Juga: Bank Mandiri Terus Mengakselerasi Transaksi Pembayaran Non Tunai
Nico menambahkan, kredit restrukturisasi BMRI juga terus menurun. Adapun, saat ini jumlahnya sebesar Rp 69,7 triliun atau setara dengan 6,6% dari total kredit, di mana kategori low risk (52,8%) med risk (33,1%) dan high risk (14,1%).
Sementara itu, total pencadangan yang untuk restrukturisasi ini sebesar 15,7%, di mana untuk kategori low risk (5,2%), med risk (11,5%) dan high risk (64,7%). Salah satu indikasi tren kualitas kredit BMRI terus membaik adalah loan at risk (LAR) yang turun ke 17,1% dari 21,4%.
“Di 2022, BMRI menargetkan NIM >5%, yang akan didukung oleh meningkatnya LDR dan fokus ke high-yield segment. Sementara itu, untuk CoC <2%, yang akan didorong oleh perbaikan kondisi makro,” kata Nico.
Berkaca dari perbaikan performa dan pertumbuhan CASA, lalu adanya ruang penurunan CoF, hingga perbaikan kualitas aset, Nico pun memberikan rekomendasi beli untuk saham BMRI dengan target harga Rp 8.600 per saham.
Baca Juga: Pangsa Pasar Kredit Perbankan Dikuasai Bank BUMN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News