Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi tanah air tengah dalam tekanan. Hal itu terlihat dari turunnya kinerja Indonesia Composite Bond Index (ICBI).
Mengutip data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), kinerja pasar obligasi yang tercermin ICBI sempat menyentuh area 344,19 pada Minggu (4/12). Ini menjadi level tertinggi indeks ICBI di sepanjang tahun 2022.
Performa ICBI setelah itu turun dalam 3 hari berturut-turut. Meskipun, Kamis (8/12) kembali menguat tipis 0,01 dibandingkan hari sebelumnya, namun ICBI terkoreksi 0,22% dalam sepekan.
Head of Fixed Income Trimegah Asset Management (AM) Darma Yudha mengatakan koreksi dalam 3 hari terakhir merupakan imbas dari aksi profit taking.
Di sisi lain, pasar masih menunggu rilis data dari inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan diumumkan pada tanggal 13 Desember 2022. Rapat kebijakan suku bunga The Fed juga menjadi penantian.
Baca Juga: Tren Bunga Tinggi, Penerbitan Obligasi Korporasi Tahun Depan Tak Akan Semarak
Darma menilai, pergerakan indeks ICBI akan cenderung flat atau bahkan terkoreksi sampai nanti tibanya keputusan The Fed. Jika kebijakan suku bunga The Fed lebih rendah dan data inflasi AS lebih bagus, maka investor asing akan masuk lagi ke pasar obligasi Indonesia, sebelum tutup tahun ini.
Menurut Darma, langkah The Fed ini tentunya menjadi arah pula bagi nasib ICBI di tahun depan. Dalam volatilitas pasar yang masih terjadi, yield atau imbal hasil diperkirakan naik pada kuartal I dan kuartal II 2023. Sehingga, naiknya imbal hasil berdampak pada harga obligasi yang bakal turun dan mengindikasikan bahwa pasar obligasi dalam tekanan.
Harga obligasi yang turun bakal digelontor suplai yang cukup besar di semester I-2023 karena pemerintah melakukan front loading atau penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam jumlah besar.
Baru setelah itu, kondisi obligasi Indonesia seharusnya berbalik pulih mengingat Inflasi yang cenderung turun.
Dari sisi suplai surat utang juga sudah berkurang di akhir kuartal kedua 2023, sehingga diharapkan terjadi aliran dana masuk (inflow) ke pasar SUN.
Darma optimistis pasar obligasi akan cerah di tahun depan, namun investor juga butuh strategi berinvestasi obligasi karena yield bakal fluktuatif.
Investor disarankan menerapkan strategi teknikal trading mengingat volatilitas tinggi di tahun 2023. Mempertimbangkan kondisi yang terjadi, tenor pendek kurang dari 5 tahun cocok diambil pada semester I-2023.
Jika tekanan pasar obligasi sudah mereda, investor bisa switching ataupun memperpanjang ke obligasi tenor panjang 10-15 tahun karena yield bakal turun.
Di luar hal itu, Darma melihat bahwa memegang obligasi Indonesia masih menarik karena level yield masih tinggi dibanding negara emerging market. Didukung pula oleh kondisi makroekonomi yang sangat baik.
Mengutip Tradingeconomics, Yield Indo Treasury tenor 10 tahun berkisar 6,95% hari ini, Kamis (8/12). Dalam setahun, yield tersebut sudah tumbuh 0,62%.
Baca Juga: Kinerja Pasar Obligasi Indonesia Masih akan Mendaki Tinggi di Tahun Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News