Reporter: Aris Nurjani | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek reksadana terproteksi dinilai masih menarik di tengah mereda-nya inflasi dan kenaikan suku bunga. Apalagi, pasar dari reksadana terproteksi pun masih cukup besar.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, reksadana terproteksi memiliki pasar tersendiri terlebih bagi investor konvensional dengan menyukai return dan jangka waktu yang pasti.
"Namun saat ini ada beberapa hal yang harus dicermati, yaitu mulai angka inflasi turun dan mereda-nya agresivitas The Fed bisa menjadi angin segar untuk pasar obligasi hingga akhir tahun," kata Reza kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Reza bilang, imbal hasil reksadana terproteksi diproyeksi masih bisa berada dalam kisaran 5%-7%, belum dengan potongan pajak.
Baca Juga: Simak, Inilah Tantangan Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap di 2023
Walau masih punya prospek yang cukup baik, ternyata dana kelolaan atawa assets under management (AUM) reksadana terproteksi susut dari Rp 105,96 triliun atau turun 1,21% menjadi Rp 104,68 triliun pad bulan lalu.
Penurunan ini terjadi karena pasar obligasi dianggap kurang menarik untuk para investor, di tengah tingginya imbal hasil US Treasury dan kenaikan suku bunga The Fed.
Reza bilang, sebenarnya semua instrumen obligasi tergolong aman. Yang jelas investor hanya perlu mencermati tipe obligasi yang dibutuhkan. Karena itu penting bagi investor mencermati kondisi keuangan perusahaan yang menerbitkan obligasi dan rating obligasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News