Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mengantongi penilaian "wajar" untuk transaksi konsolidasi anak usahanya, Wika Realty dalam rangka integrasi dan peningkatan nilai hotel BUMN. Wika Realty sebagai pemegang kendali holding Hotel BUMN ini akan melakukan inbreng saham dan akuisisi untuk mengintegrasikan 21 hotel.
Sebanyak 21 hotel tersebut yaitu berasal dari 1 hotel dari PT Aero Wisata, 9 hotel yang berasal dari PT Pegadaian, dan 11 dari PT Hotel Indonesia Natour.
Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia Tbk (BEI), Minggu (22/8), beberapa langkah sudah digelar untuk pembentukan holding ini.
Antara lain, WIKA telah melakukan tambahan penyertaan saham ke dalam Wika Realty sebesar Rp 775 miliar yang sebagian digunakan untuk membeli aset hotel Pegadaian. Sebagian lagi untuk pengambilalihan saham secara tunai pada PT Hotel Indonesia Group (HIG), PT Senggigi Pratama Internasional, dan nantinya PT Hotel Indonesia Properti.
Terkait dengan HIG, Wika Realty telah melakukan akuisisi 49% saham milik PT Patra Jasa di HIG untuk mengoperasikan dan mengelola hotel-hotel yang diintegrasikan.
Terkait dengan akuisisi Senggigi Pratama, Wika Realty telah melakukan tukar saham dengan induk usaha Senggigi, PT Aero Wisata, ditambah pembayaran tunai. Saham Senggigi juga dibeli secara tunai dari Dana Pensiun AWS.
Terkait dengan hotel milik Pegadaian, Wika Realty telah melakukan pembelian sembilan aset hotel Pegadaian dan aset FF & E milik PT Pesonna Jaya Indonesia. Lokasi hotel ini di Tegal, Pekalongan, Tugu Yogyakarta, Ngupasan Yogyakarta, Gresik, Makassar, Semarang, Pekanbaru, dan Surabaya.
Langkah selanjutnya, Wika Realty akan melakukan akuisisi saham Hotel Indonesia Properti milik PT Hotel Indonesia Natour dengan cara tukar saham dan pembayaran tunai. Saham Hotel Indonesia Properti juga akan dibeli dari Koperasi Karyawan Grand Bali Beach.
Total transaksi untuk mengintegrasikan sebelas hotel ini akan bernilai Rp 3,22 triliun. WIKA menyebut, nilai transaksi ini tidak material karena sekitar 19,20% dari ekuitas perusahaan yang sebesar Rp 16,79 triliun.
Tapi, transaksi ini bersifat afiliasi. Sebesar 99,99% saham PT Aero Wisata dimiliki PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang sahamnya dimiliki Pemerintah Indonesia. Begitu juga pemerintah memiliki saham di Pegadaian, Hotel Indonesia Natour, dan WIKA.
WIKA saat ini menggenggam 94,24% saham Wika Realty. Nantinya, WIKA akan mempertahankan kepemilikan mayoritas di Wika Realty meskipun akan ada pemegang saham baru untuk anak usahanya ini.
Bagi WIKA, secara konsolidasian, perusahaan akan mendapat aset tambahan dari transaksi hotel yang dilakukan Wika Realty.
Dalam laporan keuangan proforma, aset WIKA nantinya setelah transaksi akan menjadi Rp 65,32 triliun, naik 5,46% dari sebelum transaksi yang sebesar Rp 61,94 triliun.
Selanjutnya, hotel-hotel ini akan memberikan pendapatan berulang atau recurring income bagi Wika Realty dan juga akan menyumbang peningkatan rata-rata pertumbuhan (CAGR) dan EBITDA WIKA.
"Berdasarkan pertimbangan analisis kewajaran penilai independen, rencana transaksi secara keseluruhan adalah wajar bagi perseroan dan pemegang saham perseroan," tulis Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya, dalam keterbukaan informasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News