kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini kriteria saham pilihan Presiden Direktur Surya Fajar Sekuritas Steffen Fang


Sabtu, 27 Februari 2021 / 06:55 WIB
Begini kriteria saham pilihan Presiden Direktur Surya Fajar Sekuritas Steffen Fang


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesadaran Founder dan Presiden Direktur PT Surya Fajar Sekuritas Steffen Fang untuk berinvestasi mulai timbul saat dia pertama kali bekerja dan memperoleh penghasilan, tepatnya pada tahun 2000. Steffen ingin uang gajinya tidak hanya mengendap di tabungan, melainkan bisa berkembang melalui investasi di pasar modal.

Saham menjadi instrumen investasi pertama yang dia pilih. Pasalnya, saham berpeluang memberikan imbal hasil yang jauh lebih tinggi dibanding instrumen lainnya, mengingat sifatnya yang high risk high return. Saham juga menawarkan dividen yang biasanya memiliki besaran lebih tinggi dari bunga bank.

Terlebih lagi, Steffen bekerja di perusahaan sekuritas. Hal ini membuatnya memperoleh informasi yang lebih banyak dan lebih bagus dari para analis maupun trader yang ada di sekitarnya terkait dengan investasi saham.

Seperti investor pemula pada umumnya, jumlah dana yang dia investasikan saat itu terbilang kecil. Sebab, sebagiannya digunakan untuk biaya hidup dan sebagian lagi disimpan di deposito sebagai instrumen investasi paling aman.

Baca Juga: Begini simulasi perhitungan pajak saham dan reksadana

Dalam berinvestasi di instrumen saham, pria kelahiran 10 Mei 1978 ini lebih banyak menanamkan modalnya untuk jangka panjang sekitar satu sampai dengan dua tahun. Untuk itu, dia memilih saham-saham perusahaan dengan kinerja keuangan yang solid dan punya prospek bisnis yang bagus ke depannya. Saat ini, dia berinvestasi di sepuluh saham yang berbeda.

Steffen menyukai saham-saham yang bidang usahanya berkaitan erat dengan kebutuhan masyarakat, seperti telekomunikasi, fast moving consumer goods (FMCG), retail, dan properti. Bahkan, saham yang dia beli pertama kali adalah saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) karena layanan telepon pada saat itu menjadi salah satu kebutuhan masyarakat dan Telkom merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia.

Meskipun lebih menyukai horizon waktu investasi yang panjang, Steffen juga kadang-kadang berinvestasi untuk jangka pendek atau menengah. Hal ini biasanya dilakukan saat ada sentimen positif tertentu yang berpotensi menggerakkan suatu saham atau suatu sektor saham.

"Misalnya, sentimen yang bagus belakangan ini adalah sektor kesehatan. Nah saya beli sahamnya. Lalu, kalau sudah mencapai tingkat keuntungan tertentu, saya jual alias profit taking," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Jumat (26/2).

Baca Juga: Anderson Sumarli, CEO Ajaib Group yang mengawali investasi sejak umur 9 tahun

Selama lebih dari dua dekade berinvestasi di saham, Steffen menuturkan bahwa dirinya lebih banyak menuai keuntungan dibanding kerugian. Steffen mengenang, setelah empat tahun bekerja, dia mencairkan modal dan keuntungannya di saham dan deposito untuk membeli rumah pertamanya.

"Saham TLKM saya jual untuk beli rumah pertama karena lumayan untungnya waktu itu. Jadi uang di deposito dan saham saya alihkan ke aset properti untuk ditinggali sendiri," tutur Steffen.

Meskipun begitu, pengalaman investasi Steffen juga tak lepas dari cerita pahit. Sekitar tahun 2018-2019, Steffen pernah membeli saham yang tak lama kemudian justru terkena penghapusan pencatatan alias delisting. Dia juga pernah "iseng-iseng" membeli saham yang baru tercatat, tetapi hingga kini sahamnya mentok di harga Rp 50 per saham.

Dalam perjalanan investasinya, Steffen juga sempat mencoba instrumen lainnya, yaitu reksadana dan mata uang kripto. Hasil investasi coba-cobanya di mata uang kripto menghasilkan keuntungan hingga 100%.

Baca Juga: Dilarang di Indonesia, ini seluk beluk soal trading binary option

Akan tetapi, investasinya di kedua instrumen tersebut tak berlangsung lama, sebab dia lebih nyaman berinvestasi di saham yang menjadi separuh portofolio investasi Steffen. Terlebih lagi, bagi dia, pergerakan mata uang kripto sangat fluktuatif.

Dari berbagai pengalaman investasi yang dia miliki di pasar modal, dia menuturkan bahwa investasi saham harus didasari pemahaman yang bagus dan cermat. Investor harus bisa membedakan mana saja saham yang memiliki fundamental bagus dan mana yang tidak.

Perilaku ikut-ikutan membeli tanpa mempelajari kondisi fundamental saham yang dikoleksi sebaiknya dihindari. "Jangan beli saham yang dipompom. Menurut saya, yang dibutuhkan investor terutama investor pemula adalah pemahaman investasi dan risikonya. Kalau masih belum memahami, mereka harus konservatif terlebih dahulu," kata Steffen.

Baca Juga: Pernah nyangkut di saham tak likuid, ini kiat Direktur Djasa Ubersakti Hizkia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×