Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesadaran Founder dan Presiden Direktur PT Surya Fajar Sekuritas Steffen Fang untuk berinvestasi mulai timbul saat dia pertama kali bekerja dan memperoleh penghasilan, tepatnya pada tahun 2000. Steffen ingin uang gajinya tidak hanya mengendap di tabungan, melainkan bisa berkembang melalui investasi di pasar modal.
Saham menjadi instrumen investasi pertama yang dia pilih. Pasalnya, saham berpeluang memberikan imbal hasil yang jauh lebih tinggi dibanding instrumen lainnya, mengingat sifatnya yang high risk high return. Saham juga menawarkan dividen yang biasanya memiliki besaran lebih tinggi dari bunga bank.
Terlebih lagi, Steffen bekerja di perusahaan sekuritas. Hal ini membuatnya memperoleh informasi yang lebih banyak dan lebih bagus dari para analis maupun trader yang ada di sekitarnya terkait dengan investasi saham.
Seperti investor pemula pada umumnya, jumlah dana yang dia investasikan saat itu terbilang kecil. Sebab, sebagiannya digunakan untuk biaya hidup dan sebagian lagi disimpan di deposito sebagai instrumen investasi paling aman.
Baca Juga: Begini simulasi perhitungan pajak saham dan reksadana
Dalam berinvestasi di instrumen saham, pria kelahiran 10 Mei 1978 ini lebih banyak menanamkan modalnya untuk jangka panjang sekitar satu sampai dengan dua tahun. Untuk itu, dia memilih saham-saham perusahaan dengan kinerja keuangan yang solid dan punya prospek bisnis yang bagus ke depannya. Saat ini, dia berinvestasi di sepuluh saham yang berbeda.
Steffen menyukai saham-saham yang bidang usahanya berkaitan erat dengan kebutuhan masyarakat, seperti telekomunikasi, fast moving consumer goods (FMCG), retail, dan properti. Bahkan, saham yang dia beli pertama kali adalah saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) karena layanan telepon pada saat itu menjadi salah satu kebutuhan masyarakat dan Telkom merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia.
Meskipun lebih menyukai horizon waktu investasi yang panjang, Steffen juga kadang-kadang berinvestasi untuk jangka pendek atau menengah. Hal ini biasanya dilakukan saat ada sentimen positif tertentu yang berpotensi menggerakkan suatu saham atau suatu sektor saham.
"Misalnya, sentimen yang bagus belakangan ini adalah sektor kesehatan. Nah saya beli sahamnya. Lalu, kalau sudah mencapai tingkat keuntungan tertentu, saya jual alias profit taking," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Jumat (26/2).
Baca Juga: Anderson Sumarli, CEO Ajaib Group yang mengawali investasi sejak umur 9 tahun