Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan evaluasi mayor atau kocok ulang terhadap anggota konstituen indeks LQ45 sehingga ada emiten yang terdepak karena bobotnya tidak sesuai dengan standar penilaian Bursa. Analis menilai hal ini biasa terjadi dan diproyeksikan akan mengalami tekanan jual dalam waktu dekat.
Emiten yang harus terdepak dari indeks adalah PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih menjelaskan berdasarkan definisi resmi dari bursa, maka saham yang masuk dalam LQ45 adalah saham yang paling aktif. Bukan didasarkan oleh kondisi fundamentalnya.
“Jika dikeluarkan dari daftar saham LQ45, maka dana kelolaan atau fund manager yang menggunakan daftar LQ45 akan mengeluarkan saham-saham ini dari portfolionya,” jelasnya saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (25/7).
Jadi menurut Alfatih bagi beberapa emiten yang terdepak akan mengalami tekanan jual dalam waktu dekat. Namun bagi emiten yang mencatatkan kinerja kurang bagus di semester I-2019, kemungkinan akan tertekan dalam waktu yang cukup lama.
Direktur Utama Avere Investama Teguh Hidayat menjelaskan melihat kinerja LQ45 dimulai dari Januari hingga saat ini atau year to date (ytd) valuasinya naik 4,24% lebih baik daripada IHSG yang hanya bertengger di 3,34%.
“Kinerja LQ45 lebih moncer karena diisi oleh emiten-emiten yang fundamental dan likuiditasnya bagus dan secara kinerjanya beberapa sudah outperform,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (25/7).
Selain itu menurut Teguh indeks ini tidak dibebani saham lapis dua dan lapis tiga yang sektornya seperti konstruksi dan batubara yang sedang tertekan.
Sebelum mengulas saham yang ditendang dari LQ45, ada baiknya mengetahui salah satu syarat anggota indeks ini yakni likuiditas perdagangan yang bagus. Saham-saham yang minimal transaksinya kurang dari yang disyaratkan membuatnya akan terdepak dari indeks. Sebut saja ELSA yang menurut Teguh saat ini transaksinya sedang sepi sehingga likuiditas berkurang.
Pada perdagangan hari ini kinerja saham ELSA turun 2,67% dan sebulan ini kinerjanya merosot 4,21%.
Memang sebuah saham jadi sepi peminat karena fundamentalnya masih kurang memuaskan. Di sisi lain investor yang sudah memiliki sahamnya, posisi mereka sedang nyangkut karena tidak mau jual sebab pergerakan sahamnya tidak menguntungkan alias seret. Jadi kinerjanya menjadi stagnan.
Menurut Teguh ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab saham-saham yang terdepak dari indeks menjadi tersendat. Pertama, secara fundamental mencatatkan kinerja yang biasa saja, maksudnya tidak jelek dan tidak bagus juga.
Kemudian, saham ADHI, dan WSBP merupakan emiten pelat merah yang erat kaitannya dengan laju kebijakan pemerintah sehingga posisinya kurang menguntungkan di tengah kondisi saat ini. Menurut Teguh, walaupun Indonesia telah melewati tahap pemilihan presiden, tapi 2019 ini merupakan tahun konsolidasi di mana masih ada gejolak politik yang akan berpengaruh pada emiten-emiten BUMN.
Menurut Teguh masih banyak investor wait and see pada saham pelat merah karena masih menerka arah politik. Teguh menambahkan nantinya dengan terbentuknya kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf bisa jadi katalis positif bagi emiten-emiten BUMN ini.
Kendati demikian, bukan berarti saham yang terdepak jadi tidak menarik. Menurut Teguh, kalau sahamnya turun diikuti dengan fundamental yang masih oke, bisa jadi peluang bagi investor untuk membeli.
“Saat ini karena petahana yang menang, ke depannya konstruksi akan jadi prioritas dan tentunya sektornya akan membaik,” ujarnya.
Teguh merekomendasikan investor untuk melakukan akumulasi beli di akhir tahun karena secara umum saham-saham yang berhubungan dengan BUMN akan ramai di awal tahun 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News