kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,02   3,68   0.41%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi analis untuk penghuni baru indeks LQ45


Kamis, 25 Juli 2019 / 15:18 WIB
Simak rekomendasi analis untuk penghuni baru indeks LQ45


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali melakukan evaluasi mayor terhadap sejumlah indeks, salah satunya indeks LQ45. Pada evaluasi ini BEI menyesuaikan bobot anggota konstituen LQ45, alhasil ada beberapa saham yang masuk dan ada juga yang terdepak.

Asal tahu saja, anggota baru indeks LQ45 untuk periode yang dimulai Agustus 2019 adalah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).

Kepala riset MNC Sekuritas Thendra Crisnanda menyatakan masuknya ketiga emiten ini karena kombinasi dari aspek fundamental yang terefleksikan dari peningkatan market kapitalisasi pasar.

“Adapun peningkatan likuiditas juga menjadi salah satu faktor utama yang dapat diperhatikan dalam 3 bulan-6 bulan terakhir yang mengalami peningkatan,” jelasnya saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (25/7).

Menurut Thendra salah satu sentimen yang akan kuat menopang ketiga emiten itu adalah penurunan tingkat suku bunga. Walaupun tidak berdampak instan, tetapi pergerakan ketiga emitennya ini dipengaruhi sentimen positif banding dengan realisasi.

Kepala riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan ketiga emiten tersebut bisa jadi penghuni baru LQ45 karena dalam enam bulan terakhir sahamnya paling sering ditransaksikan.

“Misalnya saja saham BTPS dalam enam bulan ini sahamnya mengalami tren kenaikan dan mencatatkan kinerja saham yang menghijau 71,79% dan catatan year to date (ytd) nya juga cemerlang yakni 86,63%,” ujarnya.

Menurut Wawan, saham BTPS masih cukup menarik karena merupakan bank syariah yang masih relatif sedikit di IHSG sehingga bisa menjadi pilihan bagi reksadana atau portfolio syariah yang mau investasi ke sektor keuangan. Dalam enam bulan terakhir saham BTPS berada di urutan keempat paling banyak dibeli asing. BTPS mencatatkan pembelian saham sebanyak 6,26 miliar dengan valuasi transaksi sebesar Rp 42,05 triliun.

Selain itu pada awal tahun ini BTPS juga mendapat kenaikan Peringkat Nasional Jangka Panjang dari Fitch Ratings Indonesia sebelumnya peringkat AA menjadi AA+ setelah penggabungan perusahaan induknya yaitu PT Bank BTPN Tbk dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).

Kemudian untuk saham CTRA menurut Wawan merupakan sektor properti yang sudah tertekan cukup lama, tahun ini diharapkan bangkit dengan adanya lima insentif pemerintah di sektor properti. Selain itu, pada kuartal I-2019 CTRA kerap mencatatkan kinerja yang cemerlang di tengah industri properti yang lesu. 
Pendapatannya pada kuartal I 2019 tumbuh 21% menjadi Rp 1,35 triliun. Adapun laba bersihnya yang naik hingga 102% menjadi Rp 147 miliar.

Melihat dari pergerakan sahamnya, CTRA mencatat kinerja saham yang positif selama 6 bulan terakhir yakni naik hingga 20,19% adapun secara YTD juga menghijau hingga 23,76%. Adapun CTRA mencatatkan net buy sebesar Rp 618,89 miliar selama enam bulan ini.

Terakhir emiten JPFA. Wawan menjelaskan emiten yang berada pada sektor pakan ternak umumnya akan diuntungkan dengan penguatan rupiah karena bahan bakunya impor.

Melihat pergerakan sahamnya, JPFA mencatatkan kinerja saham yang kurang baik. Dalam enam bulan terakhir kinerja saham JPFA merah 27,95% dan secara ytd pun kinerja turun 26,28%. 
Kendati demikian secara fundamental JPFA membukukan kinerja yang baik. Pada kuartal I-2019 pendapatannya naik 8,2% year on year (yoy) menjadi Rp 8,5 triliun. Adapun labanya turun dari Rp 433,3 miliar di kuartal I-2018 menjadi Rp 310,74 miliar.

Pada enam bulan terakhir saham JPFA menduduki peringkat kedua paling sering dijual asing dengan transaksi sebanyak 6,39 miliar saham dan turnover-nya sebesar Rp 12,3 triliun.

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan berita bagus menjadi alasan asing untuk mengambil kesempatan take profit terlebih dahulu karena secara teknikal sudah overbought.

“Saham JPFA dari teknikal sudah kembali ke jalur uptrend lagi sehingga potensi untuk dibeli dan masih murah dibandingkan industri yang bersangkutan,” jelasnya.

Sukarno merekomendasikan beli saham JPFA di target harga Rp 1.870.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×