Reporter: Avanty Nurdiana, Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Kenaikan harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dalam beberapa waktu terakhir dimanfaatkan dengan baik oleh manajemen BBCA. Emiten ini telah menjual saham hasil pembelian kembali alias treasury stock. Tidak tanggung-tanggung, BBCA menjual seluruh saham simpanan yaitu sebanyak 198.781.000 saham.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan, harga penjualan saham BBCA itu di Rp 9.900 per saham. Artinya dalam transaksi tersebut BCA berhasil mengantongi dana Rp 1,97 triliun. Penjualan treasury stock BBCA ini cukup jitu. Pasalnya, pergerakan harga saham BBCA terus meningkat.
Kemarin (7/2), harga saham BBCA kembali mencapai harga tertinggi di Rp 10.050 per saham. Ini adalah harga tertinggi sepanjang sejarah BBCA sejak melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2000.
Jahja mengatakan, pembeli saham treasury tersebut adalah Credit Suisse (Hong Kong) Limited. "Kami menjual melalui Credit Suisse, dan tidak boleh menanyakan siapa pembelinya," ujarnya kepada KONTAN, kemarin.
Dana hasil penjualan treasury stock akan digunakan untuk menambah modal BBCA. "Dana penjualan untuk menambah secondery reserved BCA saja. Dana kami masih berlimpah. Itu untuk meningkatkan modal saja," ujar Jahja. Dana kas BBCA per September 2012 tercatat masih sebesar Rp 9,02 triliun.
Penjualan kembali treasury stock BBCA ini memang sangat menguntungkan bagi perusahaan. Pasalnya, pada saat pembelian saham kembali (buyback) pada tahun 2008 BBCA membeli saham tersebut di kisaran Rp 3.115 per saham.
Keuntungan berlimpah
Kala itu, BCA menggunakan dana sekitar Rp 618,7 miliar untuk buyback saham sebanyak 198,78 juta saham. Masa pelaksanaan pembelian saham tersebut terjadi pada 11 Februari - 15 November 2008. Artinya dalam waktu lima tahun, BBCA sudah berhasil meraup keuntungan 218,41% atau senilai Rp 1,35 triliun.
Aksi jual saham hasil buyback ini sebenarnya pernah dilakukan oleh BCA di tahun lalu. Kala itu, BCA berhasil menjual saham sebanyak 90,986 juta saham di harga Rp 7.700 per saham. Padahal, harga beli BCA di tahun 2006 senilai Rp 2.099 per saham.
Artinya, saat melakukan buyback di tahun 2006, BCA mengeluarkan dana Rp 190,98 miliar. Sementara saat menjual mendapatkan dana Rp 700,59 miliar.
Pembeli saham saat itu yaitu Credit Suisse (Hong Kong) Limited sebanyak 49,3 juta dan Deutche Bank AG, Hong Kong Branch sebesar 41,68 juta saham.
Menurut Krishna D Setiawan, analis Lautandhana Securindo, aksi tersebut cukup menguntungkan bagi BCA. "Ini waktu yang tepat karena harga saham BBCA tengah all time high dan sentimen sektor bank juga masih positif," ujar jelas dia. Karena itu, penjualan saham akan diserap pasar tanpa harus menekan harga secara signifikan.
Sebelumnya, BCA memang berencana menjual treasury stock secara bertahap di tahun ini. Tapi ternyata dengan kenaikan harga saham yang signifikan membuat BCA melepas semua saham simpanan. Penjualan saham BBCA yang dilakukan dengan investor institusi ini, menurut Krishna, tidak akan mempengaruhi pada pergerakan harga saham BBCA ke depan.
Harga saham BBCA masih berpotensi menembus level tertinggi baru. Secara fundamental, Teguh Hartanto, analis Bahana Securities menargetkan harga saham BBCA di Rp 10.800 per saham. Ini mencerminkan price book value (PBV) di 4,3 kali. Teguh menambahkan, saham BBCA berpotensi direvisi naik karena peningkatan valuasi, pertumbuhan kredit dan kualitas aset yang bagus. Dus, ia merekomendasikan beli saham BBCA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News