Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat harga saham bank berkapitalisasi besar atau big bank belum kembali pada level terbaiknya selama setahun terakhir, berbagai upaya pun dilakukan oleh manajemen.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh manajemen adalah pembelian kembali saham atau kerap dikenal buyback.
Terbaru, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah mengumumkan bakal kembali melakukan buyback di tahun 2025 ini. Sekurang-kurangnya, dana yang disiapkan untuk melakukan aksi korporasi tersebut senilai Rp 3 triliun yang berasal dari kas internal BRI sesuai peraturan yang berlaku.
Sebagai catatan, BRI terakhir melakukan buyback pada 2023 lalu setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 13 Maret 2023. Kala itu, nilai maksimum yang ditetapkan untuk melakukan buyback senilai Rp 1,5 triliun.
Baca Juga: Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Siapkan Rp 3 Triliun Buyback Saham di 2025
Adapun, untuk perkiraan periode buyback saham akan dilakukan mulai 12 Maret 2025 sampai 11 Maret 2026. Tentunya, ini perlu meminta persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS BRI 2025 yang diagendakan berlangsung pada 11 Maret 2025.
“Treasury Stock hasil Buyback 2025 akan direalisasikan sebagai keberlanjutan Program Kepemilikan Saham,” tulis manajemen dalam prospektusnya, dikutip Senin (3/2).
Manajemen pun juga memastikan pelaksanaan Buyback 2025 tidak menyebabkan kekayaan bersih BRI menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan, ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan. Selain itu, Buyback juga tidak berdampak signifikan pada pendapatan dan biaya operasional BRI.
Tak hanya BRI, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga memberikan sinyal bahwa akan melakukan aksi serupa. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama BNI Royke Tumilaar yang membenarkan bahwa ada rencana tersebut di tahun ini.
Baca Juga: Persaingan Keras, Ini Strategi BCA Digital dan Bank Raya Pertahankan Kinerja di 2025
Hanya saja, Royke belum mau menyebutkan berapa dana yang disiapkan untuk bank berlogo 46 ini melakukan buyback. Ia hanya bilang pihaknya baru akan memulai proses perizinan kepada regulator dan nantinya juga dimintakan persetujuan pemegang saham.
“Antara lain upaya ini juga untuk menambah kepercayaan investor, “ ujar Royke kepada KONTAN, Senin (3/2).
Tak hanya upaya buyback, Royke bahkan berencana untuk menambah kepemilikan sahamnya secara pribadi di BNI. Sebagai informasi, Royke kini memiliki saham BNI sebanyak 3,66 juta saham atau setara dengan 0,0098% saham beredar.
“Saya sudah pernah beli dan memang ada rencana beli lagi,” ujarnya.
Adapun, rencana buyback ini dilakukan saat dua saham bank ini masuk dalam kategori undervalued. Di mana, saham BRI sudah terkoreksi hingga 26,41% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 4.250 per saham, sementara saham BNI telah terkoreksi sekitar 16,87% YoY menjadi Rp 4.780 per saham.
Analis sekaligus CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengungkapkan buyback saham seringkali mengindikasikan optimisme manajemen terhadap perusahaan itu sendiri. Di mana, optimisme tersebut akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan investor.
Baca Juga: Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah
Tak hanya itu, Praska juga mengungkapkan dengan adanya buyback mampu membuat fundamental perusahaan lebih menarik. Misalnya, earning per share (EPS) yang meningkat karena penurunan porsi saham yang beredar.
“Buyback juga terkadang dilakukan karena saham perusahaan tergolong undervalued,” ujar Praska.
Ia menambahkan saham big banks memang sedang berada di area price book to value (PBV) sangat murah, terkhusus BRI, BCA, dan BNI. Sementara, Bank Mandiri berada pada area murah karena secara historis selama tiga tahun belakang.
Seperti diketahui, BCA memiliki PBV 5,55x, BRI memiliki PBV 1,94x, dan BNI memiliki PBV 1,10x. Untuk Bank Mandiri, PBV-nya sekitar 1,87x.
“Menurut saya ini waktu beli karena memanfaatkan waktu koreksi pasar, jadi bisa dapat harga lebih murah,” ujar Praska.
Sependapat, Investment Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan berpendapat ketika suatu perusahaan berani melakukan buyback, artinya mereka menilai sahamnya undervalued dan memiliki potensi kenaikan di masa mendatang.
Baca Juga: Saham Bank Negara Indonesia (BBNI) Menghijau Jelang Paparan Kinerja
Ekky juga menambahkan pada aksi buyback ini sejatinya bisa diikuti oleh big banks lainnya yang harganya juga masih tergolong murah. Namun, ia menyadari keputusan tersebut kembali lagi pada kebijakan dan prioritas manajemen masing-masing bank, karena setiap bank memiliki kondisi keuangan dan strategi yang berbeda.
Ia pun berpandangan rencana buyback yang dilakukan BRI pun menambah daya tarik saham mereka yang target harganya mencapai Rp 4.600 per saham. Alasannya, secara teknikal harga saham BRI mulai stabil setelah mengalami koreksi signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
“Ditambah lagi, BBRI dikenal sebagai emiten bank dengan dividen yield yang menarik, yang dapat menjadi daya tarik bagi investor menjelang musim pembagian dividen di kuartal kedua,” ujar Ekky.
Baca Juga: Bank Negara Indonesia (BBNI) Kantongi Laba Rp 19,81 Triliun per November 2024
Selain BRI, Ekky juga mengungkapkan BNI dan BSI juga bisa menjadi opsi menarik. Alasannya, BNI memiliki valuasi yang masih tergolong murah dibandingkan bank besar lainnya, sementara BSI diuntungkan oleh pertumbuhan perbankan syariah yang masih potensial di Indonesia.
Ia pun menargetkan harga saham BNI di tahun ini bisa mencapai Rp 5.000 per saham. Sementara, untuk BSI, dalam jangka pendek berpeluang untuk kembali di atas Rp 3.000 dengan target ke Rp 3.350
Selanjutnya: Sarana Mitra Luas (SMIL) Siapkan Capex Rp 200 Miliar pada tahun 2025
Menarik Dibaca: 5 Urutan Skincare untuk Kulit Berjerawat yang Benar dan Aman, Jangan Keliru!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News