kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BBHI & TFAS Saham Unggulan Tahun 2021, Apakah Tahun 2022 Masih Layak Dikoleksi?


Selasa, 28 Desember 2021 / 07:36 WIB
BBHI & TFAS Saham Unggulan Tahun 2021, Apakah Tahun 2022 Masih Layak Dikoleksi?
ILUSTRASI. BBHI & TFAS Saham Unggulan Tahun 2021, Apakah Tahun 2022 Masih Layak Dikoleksi?


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham BBHI dan TFAS menjadi saham unggulan dengan peningkatan harga tertinggi sepanjang tahun 2021. Untuk tahun 2022, apakah saham BBHI dan TFAS masih layak dikoleksi dan bisa memberikan keuntungan tinggi?

BBHI dan TFAS adalah penghuni top gainers Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak awal tahun hingga Senin (27/12). BBHI adalah kode saham saham PT Allo Bank Indonesia Tbk.

BBHI adalah saham perbankan milik konglomerat Chairul Tanjung yang melesat 3.105,34% sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd). Pada perdagangan Senin 27 Desember 2021, harga saham BBHI ditutup stagnan di level 6.925.

TFAS adalah kode saham PT Telefast Indonesia Tbk. Harga saham TFAS melonjak 2.677,78% sejak awal tahun. Pada perdagangan Senin 27 Desember 2021, harga saham TFAS ditutup di level 5.000, naik 30 poin atau 0,60% dari sehari sebelumnya.

Setelah saham BBHI dan TFAS, saham PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI) menempati posisi ketiga dengan pertumbuhan 1.361,21%. Di posisi keempat dan kelima diisi oleh PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) dengan kenaikan 1.005,93% dan PT MNC Studios International Tbk (MSIN) yang melejit 1.000,56%.

Kemudian, jajaran saham jawara selama tahun ini juga diisi oleh PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT Temas Tbk (TMAS), PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH), dan PT Panca Global Kapital Tbk (PEGE).

Baca Juga: Melongok Prospek Saham-Saham yang Meroket Tahun Ini

Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada mengatakan, saham-saham lapis kedua dan ketiga memang selalu masuk jajaran saham top gainers setiap tahun. Bila dicermati, Reza bilang saham-saham tersebut melonjak terdorong oleh pemberitaan terkait aksi korporasi yang dilakukan emiten, terlebih aksi dengan pengembangan digital.

Menurut Reza, pengembangan bisnis ke arah digital sekarang ini memang lebih disukai oleh pelaku pasar, sebagai contoh bank-bank kecil yang merambah menjadi bank digital. Selain itu, saham-saham tersebut diburu karena memang memiliki nominal harga yang cenderung murah. Untuk tahun depan, Reza memproyeksi saham-saham dengan kenaikan tertinggi tersebut masih memiliki potensi kembali menguat, namun cenderung terbatas.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan juga menyampaikan hal senada. Dia menuturkan bahwa tahun ini merupakan tahun bagi saham-saham sektor teknologi, yang terjadi tidak hanya di pasar saham Indonesia.

“Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020 telah menyebabkan percepatan untuk digitalisasi, pembesaran ekonomi digital terjadi lebih cepat sehingga menghasilkan pertumbuhan yang tinggi,” papar Alfred kepada Kontan.co.id, Senin (27/12).

Baca Juga: Prospek Utang Korporasi Stabil di 2022, Refinancing Mencapai Titik Tertinggi di 2024

Sebagai contoh, emiten perbankan yang mengedepankan bisnis digital perbankan mendapat respons yang reaktif dari pasar. Bahkan, Alfred mengkategorikan overreaction. “Valuasi sangat premium bahkan bisa dikatakan irasional jika dibandingkan dengan bank BUKU 3 atau 4 yang bahkan memiliki resources yang lebih baik untuk masuk ke bisnis perbankan digital,” tutur dia.

Dari jajaran saham yang meroket tertinggi, Alfred menilai secara sektor tentu teknologi masih memiliki prospek yang baik. Namun, Alfred melihat bahwa harga saham-saham emiten teknologi yang naik signifikan di tahun ini telah priced in untuk realisasi kinerja mereka ke depan.

Oleh karena itu, dia memperkirakan pertumbuhan saham-saham jawara tersebut tidak akan besar lagi. Namun, jika ternyata realisasi emiten-emiten tersebut di tahun depan underperform maka ruang koreksinya akan sangat besar.

“Peluang untuk kembali mencatatkan performa seperti tahun ini, menurut kami sudah sangat berat. Pada level harganya saat ini saja, memiliki asumsi pertumbuhan yang sangat tinggi dalam 1-2 tahun ke depan. Jadi kami melihat tahun depan menjadi periode pembuktian oleh emiten-emiten tersebut,” pungkas Alfred.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×