Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's menyebut tekanan harga batubara dapat menyebabkan rasio kemampuan membayar utang dan membayar bunga utang perusahaan melemah. Kondisi yang sama juga bisa terjadi pada minyak sawit yang juga mengalami tekanan harga.
Secara singkat, kemampuan tersebut juga bisa disebut sebagai rasio solvabilitas atau leverage. Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hady menjelaskan rasio solvabilitas lebih tepat apabila dilihat dari interest coverage ratio (ICR). Meskipun tak menutup kemungkinan bisa juga dilihat dari debt to equity ratio (DER).
ICR dapat dilihat dari perbandingan earning before interest and taxes (EBIT) dengan beban bunga utang. Ini menggambarkan kemampuan membayar utang serta bunganya.
Ambil contoh emiten yang bergerak di sektor batubara, mengutip Bloomberg, ICR PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 0 kali, sedangkan PT Indika Energy Tbk (INDY) sebesar 3,67 kali.
Sedangkan emiten yang bergerak di sektor minyak kelapa sawit (CPO) seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki ICR 12,08 kali dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) sebesar 0 kali.
Sekadar informasi, semakin rendah angka ICR maka semakin tinggi beban utang perusahaan dan semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami gagal bayar (default).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News