kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak tekanan di kuartal I-2020, emas dan obligasi bisa jadi pilihan ke depan


Selasa, 31 Maret 2020 / 19:25 WIB
Banyak tekanan di kuartal I-2020, emas dan obligasi bisa jadi pilihan ke depan


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

Untuk instrumen obligasi, Ramdhan menilai sepanjang kuartal I-2020 kinerja cenderung masih positif. Bahkan di awal tahun yield terus menguat ke kisaran 6,5% dan membuat cost of fund (CoF) semakin menyempit. 

Selin itu, minat investor di pasar obligasi awal tahun cenderung positif, dengan kontribusi asing mencapai 38%-39%. 

"Hanya saja, sebulan terakhir terjadi tekanan tinggi pada industri obligasi karena asing lakukan aksi jual melebihi Rp 100 triliun dan membuat SUN tertekan diikuti obligasi korporasi," ujarnya.

Sementara untuk valas, pergerakannya cenderung mengikuti prospek pasar obligasi. Bagi investor yang tertarik melirik instrumen valas, dianjurkan untuk memilih mata uang dari negara-negara besar seperti USD, EUR dan SGD.

Dengan begitu, Ramdhan mengakui emas jadi instrumen investasi yang paling berkilau sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Kilaunya diyakini masih akan bersinar jika kondisi ketidakpastian berlanjut, khususnya terkait sebaran Covid-19. Investor juga masih diperkenankan untuk melirik emas, meskipun harga emas sudah rally terlalu tinggi.

Di sisi lain, jika sebaran Covid-19 berakhir dan kondisi pasar keuangan kembali pulih, Ramdhan cenderung merekomendasikan investor agar melirik obligasi, terutama Surat Utang Negara (SUN). Meskipun di jangka panjang prospek saham dianggap cukup menarik, namun volatilitasnya dinilai masih cukup tinggi saat ini. 

Baca Juga: Membandingkan harga emas Antam saat ini dan tahun lalu, lompatannya fantastis

"Obligasi sepertinya akan recovery lebih dulu, karena saham masih punya banyak masalah, terutama yang terkait saham gorengan," ungkapnya. 

Adapun pergerakan IHSG beberapa hari terkahir yang mulai menghijau dianggap hanya sementara sebagai dampak dari aksi buyback saham. Untuk itu, ke depan Ramdhan lebih merekomendasikan melirik obligasi dengan tenor benchmark, terutama tenor jangka pendek karena volatilitas ke depan masih akan tinggi. 

"Cash is the king juga masih jadi pilihan," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×