Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi pertama hari ini (15/7) ditutup melemah 42,18 poin atau turun 0,91% ke posisi 4.590. Tercatat ada 96 saham menguat, 99 saham tetap dan 133 saham melemah.
Investor asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp 47,41 miliar. Analis Universal Broker Indonesia Satrio Utomo memperkirakan, IHSG berpotensi turun karena kondisi bursa regional cenderung flat menguat karena dipengaruhi data ekonomi China di bawah target.
Selain itu, kata Satrio, sentimen negatif datang dari kenaikan BI rate yang tingginya melampaui ekspektasi analis. Sebelumnya, kenaikan BI rate diharapkan bisa menjadi katalis penguatan nilai tukar rupiah, namun yang terjadi justru sebaliknya.
"Dan hal ini dibaca pasar sebagai kepanikan BI dalam mengatasi rupiah yang terus melemah. Ini membuat pelaku pasar memilih wait and see," kata Satrio, Senin (15/7). Satrio memperkirakan, IHSG ada pada posisi support 4.500-4.550 dan resisten di 4.680.
Namun begitu, Satrio menganalisis, IHSG terbilang kuat, karena tekanan jual tidak terlalu besar. Untuk itu, Satrio menyarankan investor melakukan aksi buy on weakness untuk saham sektor consumer goods di dalam negeri, karena pelemahan IHSG terjadi adalah lantaran sentimen BI rate.
Satrio merekomendasikan saham PGAS di posisi support 5.200-5250, UNVR menarik jika ada di bawah posisi 30.000, dan TLKM menarik di posisi 10.300-10.500. Satrio menyarankan, investor mewaspadai saham GGRM, yang saat ini berada di bawah level psikologis support 46.000. Jika GGRM ditutup di bawah 45.000, maka potensi koreksi cukup besar.
Senada dengan Satrio, Dimas Adrianto, analis dari Asjaya Indosurya Securities memperkirakan, pelemahan saham terjadi setelah BI menaikkan suku bunga telah diperkirakan sebelumnya. Data Bank Indonesia (BI) melalui menunjukkan, posisi nilai tukar rupiah atas dollar AS saat ini melemah ke posisi Rp 10.024 per dolar Amerika Serikat.
Pelemahan diakibatkan defisit anggaran serta kondisi global (tapering stimulus The Fed, naiknya harga minyak dan perlambatan perekonomian Eropa dan China) mengakibatkan defisit anggaran belanja negara semakin besar.
BI yang telah menaikkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate serta FaSBI (Fasilitas Simpanan Bank Indonesia) guna mengantisipasi pelemahan ini nampaknya lebih berhati-hati dalam menggunakan cadangan devisanya untuk melakukan intervensi.
Pagi tadi, China juga merilis pertumbuhan ekonomi 7,5%, lebih rendah dari perkiraan 7,7%. Namun pelemahan dipandang masih sejalan dengan perkiraan pemerintah China yang menargetkan pertumbuhannya 7,5%. "Saat ini, pelemahan nilai tukar Rupiah kian menekan bursa, yang kami perkirakan bergerak pada rentang support 4.540 dan resistance 4.680," kata Dimas.
Untuk saham yang dapat menjadi pilihan, Dimas diantaranya merekomendasikan TBIG, ISAT, SMMT, MAPI, ANTM dan TINS. Selain itu, cermati laporan keuangan kuartal II yang akan dirilis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News