Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
Diantara calon emiten properti tersebut, kata Sukarno, yang menarik untuk dicermati adalah Nusantara Almazia. Sebab bisnis properti perusahaan ini cukup beragam. Salah satunya mengembangkan perumahan dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) di Kabupaten Karawang.
Program FLPP ini merupakan salah satu cara pemerintah mengurangi backlog perumahan setiap tahunnya. Pada tahun ini, pemerintah menargetkan bisa mengurangi backlog 5,4 juta rumah.
Penjualan rumah FLPP tidak terlalu terpengaruh dari sektor properti yang sedang lesu karena rumah FLPP bukan untuk diinvestasikan tapi untuk kebutuhan menetap.
Baca Juga: Targetkan pendapatan naik 16 kali lipat, begini rencana Bhakti Agung (BAPI)
Selain FLPP, Nusantara Almazia juga mengembangkan kawasan mixed use terpadu untuk pembangunan apartemen, pertokoan, perkantoran, hotel, sekolah, rumahsakit.
Selain itu, kata Sukarno, calon emiten seperti PT Mulia Boga Raya produsen keju Prochiz yang masuk dalam sektor makanan dan minuman, juga bisa dilirik. Menurut dia, sektor ini bisa jadi pilihan dengan pertimbangan kondisi ekonomi yang belum begitu baik.
Namun, investor juga perlu melihat berapa market share dan fundamental perusahaan Mulia Boga sebagai bahan pertimbangan. Kalau market share besar dan ada potensi ekspansi yang menarik, bisa jadi pilihan untuk investasi.
Baca Juga: Harga saham Telefast Indonesia (TFAS) melejit pada perdagangan perdana
Sementara, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan cenderung memilih sektor yang lebih familiar seperti properti dan komoditas. “Walaupun nature bisnis komoditas sifatnya musiman,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News