kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak keunggulan, tren pemanfaatan ETF bakal terus berkembang


Kamis, 14 Mei 2020 / 20:08 WIB
Banyak keunggulan, tren pemanfaatan ETF bakal terus berkembang
ILUSTRASI. Ilustrasi investasi reksadana. KONTAN/Muradi/2020/03/10


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sudah ada lima produk Exchange Traded Fund (ETF) yang melantai di bursa sejak Januari 2020. Ke depan, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai tren pemanfaatan ETF akan terus berkembang di Tanah Air.

"Bagi investor yang ingin meminimalkan risiko pasar, yakni menghindari kinerja lebih buruk dari indeks acuan, maka ETF menjadi solusi karena menawarkan transparansi, fee yang murah dan likuiditas, khususnya di pasar primer," ujar Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (14/5). 

Baca Juga: Upaya diversifikasi, banyak manajer investasi terbitkan ETF di awal 2020

Adapun kelima ETF yang sudah terdaftar di BEI yakni Reksadana Indeks BNI-AM ETF MSCI ESG Indonesia pada 9 Januari 2020, Reksadana Indeks STAR ETF Sri Kehati pada 31 Januari 2020, Reksadana Premier ETF MSCI Indonesia Latge Cap pada 4 Maret 2020, Reksadana Indeks Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal Index pada 5 Mei 2020, dan teranyar Reksadana Indeks SAM ETF Sri Kehati pada Kamis (14/5).

Meskipun kondisi pasar keuangan tengah dihadapkan pada banyak tantangan sejak awal tahun, Wawan menjelaskan investor terutama institusi tetap menjadikan investasi sebagai suatu keharusan. Sehingga, dalam kondisi apapun investasi akan tetap ada, dan ETF jadi salah satu produk yang masuk pertimbangan investor. 

Untuk ETF di pasar sekunder, Wawan mengakui pasarnya masih sepi, dimana faktor likuiditas menjadi alasan utama investor masih enggan untuk terjun ke pasar tersebut.

"Investor dengan dana jumbo akan lebih nyaman bertransaksi pada pasar primer karena akan mendapatkan harga sesuai harga pasar, sedangkan di pasar sekunder masih ada proses bid and offer yang membuat ETF jadi lebih mahal," papar Wawan.

Di antara banyaknya indeks acuan ETF, Wawan menilai ETF berbasis saham Jakarta Islamic Indeks justru memiliki koreksi lebih rendah dibandingkan indeks lainnya. "Ini karena, indeks LQ45, Sri Kehati, dan IDX30 berisi saham-saham big caps terutama keuangan yang terkoreksi cukup dalam tahun ini," tandasnya. 

Baca Juga: Investasi berkembang pesat jadi alasan Samuel Aset Manajemen merilis ETF baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×