Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah membukukan laba bersih konsolidasian Rp 29,7 triliun pada semester I-2024. Capaian tersebut meningkat 0,95% secara tahunan (YoY).
Pasca pemaparan kinerja tersebut, pergerakan saham BBRI melanjutkan tren koreksi yang sudah terjadi beberapa hari terakhir. Hingga penutupan perdagangan bursa (25/7), BBRI turun sekitar 1,67% dari hari sebelumnya menjadi Rp 4.700 per saham.
Bahkan, perdagangan sesi pertama hari Kamis (25/7), BBRI sempat mengalami koreksi terdalam hingga 2,51%. Di mana, harga sahamnya berada di level Rp 4.660 per saham.
Baca Juga: Saham-Saham Big Cap Pelat Merah Ini Banyak Dijual Asing Ketika IHSG Melemah Kemarin
Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja menilai kinerja BBRI pada periode kuartal II-2024 memang kurang memuaskan. Alhasil, laba bersih sepanjang enam bulan pertama 2024 di bawah ekspektasi setara 48% dari estimasi konsensus full year 2024.
Ia bilang performa yang kurang memuaskan tersebut didorong oleh NIM yang turun akibat pembengkakan Cost of Fund, credit cost dan kualitas aset menunjukan tanda-tanda perbaikan, serta dorongan pertumbuhan kredit beralih ke segmen korporasi.
“Kami berhati-hati atas outlook NIM ke depannya akibat guidance dari manajemen mengenai potensi adanya one–off adjustment yang dapat berimbas pada NIM selama semester 2-2024,” ujarnya.
Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengungkapkan bahwa sejauh ini kinerja yang dicatatkan oleh BRI sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Ditambah, ia melihat kenaikan kredit macet yang dialami pun belum dalam situasi yang parah.
Baca Juga: Saham BBRI Turun Dua Hari Berturut-Turut Jelang Rilis Kinerja Semester I-2024
Menurutnya, perlambatan kinerja yang dialami oleh BRI masih dapat ditoleransi. Terlebih, ia melihat bank yang dekat dengan wong cilik ini sudah melakukan mitigasi risiko yang cukup baik dengan pencadangan yang mumpuni.
Selain itu, Nico berpendapat bahwa masih banyak sentimen positif yang menunggu di separuh kedua tahun ini, salah satunya ada pergantian pemerintahan.
Alhasil, ia masih berekspetasi tinggi pada kinerja BRI hingga akhir tahun.
Baca Juga: Investor Asing Paling Banyak Melepas saham-Saham Ini Kemarin
Sependapat, Head of Research RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya bilang secara keseluruhan, hasil kinerja BRI di semester pertama ini sejalan dengan ekspektasinya. Ia juga optimistis kinerjanya akan membaik di sisa tahun 2024 ini.
Sebagai pendorong, Andrey melihat bakal ada penurunan cost of credit di separuh kedua tahun ini. Ditambah, perbaikan rasio NPL sejatinya sudah terlihat di Juni 2024 ini.
“NPL dibandingkan tahun lalu memang ada kenaikan. Tapi, dibandingkan 1Q24, ada penurunan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News