Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memutuskan akan membagikan dividen senilai Rp 43,51 triliun. Setiap pemegang saham akan mendapat Rp 466,18 per saham.
Adapun, besaran dividen yang didapat pemegang saham mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatannya mencapai sekitar 31,71% secara tahunan (YoY).
Secara rasio dividen, ada kenaikan dari yang beberapa tahun terakhir biasanya 60%. Sementara itu, besaran rasio dividen bank berlogo pita emas kali ini naik hingga 78% dari total laba tahun 2024.
Baca Juga: Bank Mandiri (BMRI) akan Membagikan Dividen Rp 43,5 Triliun
Jika mengacu pada harga saham BMRI pada penutupan perdagangan saham, Selasa (25/3), dividen yieldnya mencapai 9,83%. Harga saham BRI ditutup pada level Rp 4.740 per saham atau naik 6,28% dari harga hari sebelumnya.
Melihat hal tersebut, Handiman Soetoyo, Head of Proprietary Investment Mirae Asset bilang dividen yield BMRI ini sebagai awal yang menarik. Dengan catatan, bagi investor yang berorientasi jangka panjang.
Secara umum, Handiman melihat emiten sektor perbankan memiliki prospek pertumbuhan yang baik dalam jangka panjang. Menurutnya, ini menjadi momen yang tepat untuk dimanfaatkan.
“Tapi kalau cuma jadi dividend hunter jangka pendek, lupakan saja,” ujar Handiman.
Baca Juga: Hingga Februari 2025, Bank Mandiri (BMRI) Kantongi Laba Sebesar Rp 7,58 Triliun
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, menyampaikan bahwa besaran dividen tersebut mencerminkan komitmen manajemen Bank Mandiri untuk terus berkontribusi secara optimal dalam pembangunan nasional serta memperkuat posisi sebagai mitra finansial utama pilihan nasabah
"Keputusan ini juga menunjukkan dukungan kuat dari pemegang saham kepada manajemen untuk mengakselerasi rencana ekspansi bisnis perseroan," jelas Darmawan dalam keterangan resminya, Selasa (25/3).
Selain dividen, Darmawan menambahkan bahwa peran penting Bank Mandiri sebagai perusahaan BUMN juga tercermin dari kontribusi kepada penerimaan negara berupa pajak dan bukan pajak.
Selanjutnya: Rupiah Terus Melemah, Belanja APBN 2025 Berpotensi Bengkak, Defisit Melebar
Menarik Dibaca: Tes Kesehatan Otak Mudah dengan Aplikasi BrainEye
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News