kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bank Agris menabur kredit agribisnis


Sabtu, 10 Januari 2015 / 09:57 WIB
Bank Agris menabur kredit agribisnis
ILUSTRASI. Manfaat daun binahong.


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA.  Setelah  sempat tertunda beberapa kali, akhirnya  PT  Bank  Agris  Tbk (AGRS)  resmi  melantai  di Bursa Efek  Indonesia  (BEI)  pada 22 Desember 2014. Atas aksi  itu, AGRS menargetkan  bisa naik kelas ke kelompok bank BUKU II di 2016.

Saat itu, AGRS menetapkan harga  saham  initial public offering (IPO) di Rp 110 per saham. Nilai tersebut di batas  tengah dari rentang penawaran Rp 105-Rp 115 per saham.

AGRS melepas 900 juta saham  biasa  atau  21,25%  dari  jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh. AGRS memperoleh dana segar sekitar Rp 99 miliar. Rencananya, sebesar 70% dari hasil dana IPO mengalir untuk  membiayai  ekspansi kredit. Sisanya, untuk menunjang rencana pengembangan jaringan kantor.

Perusahaan ini juga menjual employee stock allocations (ESA)  dengan mengalokasikan 550.000 saham atau 0,06%  dari jumlah penerbitan saham yang ditawarkan.

Sia Leng Ho, Direktur Utama AGRS mengatakan, upaya penguatan permodalan pada tahun ini tak hanya bergantung pada dana hasil IPO.

Selain itu, Bank Agris  akan menggunakan  metode  lain untuk memperkuat struktur permodalan. Hal ini dimungkinkan, dengan status AGRS saat  ini yang  sudah menjadi perusahaan publik. "Yang pasti kami optimistis bisa naik kelas ke BUKU II (kelompok bank dengan modal inti antara Rp 1 triliun-Rp 5 triliun) pada tahun 2016," kata Sia, beberapa waktu lalu.

Saat ini, AGRS masih termasuk  kelompok bank BUKU I (kelompok bank dengan modal inti antara Rp 100 miliar-Rp 1  triliun). Per September 2014, modal inti AGRS mencapai Rp 338,50 miliar. Jumlah tersebut  turun  3,05%  dibandingkan  bulan  September 2013.

Sedangkan sepanjang tahun 2014, AGRS menargetkan laba bersih  sekitar Rp  10 miliar. Angka tersebut turun 20,76% ketimbang posisi  laba  tahun 2013 sekitar Rp 12,62 miliar. Tapi, Sia yakin, target tersebut akan tercapai dengan pertumbuhan kredit di tahun ini yang mencapai 44,5% year on year (yoy).  "Karena size penyaluran  kredit  kami masih kecil, jadi bisa tumbuh positif di akhir tahun ini," kata Sia.

Kredit agribisnis

Untuk  meningkatkan  penyaluran kredit, AGRS akan menambah pemberian kredit ke sektor usaha mikro kecil menengah  (UMKM). Seperti di sektor pertanian, peternakan, agribisnis serta sektor ritel. Produk tersebut  bernama Mikro Agri Solusi (MAS). AGRS juga memiliki kredit khusus peternak ayam. Sebut saja, kredit untuk pembangunan kandang ayam, peralatan dan kredit modal kerja peternak ayam. "Tahun 2015, kami akan masuk ke perikanan dan udang, kami juga akan membidik nelayan," ungkap Sia.

Saat  ini,  AGRS  mengkaji masuk bisnis peternakan bandeng  di  Semarang.  Emiten anyar ke-23 di tahun 2014 tersebut menargetkan, portofolio kredit di MAS bisa mencapai 20%-30% dari total pemberian pinjaman AGRS dalam waktu lima tahun mendatang.

Saat ini, porsinya masih sebesar 10%. Nah untuk mencapai target, AGRS akan mendirikan delapan kantor cabang baru. Sekitar enam-tujuh merupakan kantor kecil di bisnis mikro. Pembukaan kantor  di Purwodadi, Kudus, Tasikmalaya, dan Bandung. Biaya pendirian  kantor  cabang mikro sekitar Rp 300 juta.

Hingga  kini,  AGRS  telah memiliki 19  jaringan kantor, terdiri dari satu cabang utama, sembilan kantor cabang, dua kantor cabang pembantu dan tujuh  kantor  kas.  Jaringan kantor itu tersebar di Jakarta, Bandung,  Solo,  Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Bandar Lampung, Pontianak, dan Pekanbaru.

Hingga  kini, AGRS telah meluncurkan berbagai macam produk  untuk  menampung dana masyarakat. Manajemen AGRS mengakui, mayoritas dana pihak ketiga (DPK)  itu dalam bentuk deposito.

Maklum, deposito memberikan hasil bunga yang lebih harum. Hingga Juni 2014, DPK dari deposito sekitar Rp 2,23 triliun, giro Rp 203,30 miliar dan tabungan mencapai Rp 161,17 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×