Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
MEDAN. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) tak henti melakukan ekspansi usaha. Belum lagi rampung mengakuisisi Grup Domba Mas, perusahaan perkebunan ini merambah bisnis baru, yaitu pembibitan kelapa sawit. Demi mencapai tujuan itu, UNSP akan mendirikan anak usaha baru yang bernama Bakrie Agriculture Research Institute (BARI).
Nantinya, anak usaha baru ini terdiri dari berbagai divisi yang bertugas mengembangkan usaha UNSP di bidang pembibitan, pendidikan, penelitian, dan kepedulian lingkungan dalam jangka panjang. Howard J. Sargeant, Direktur Operasional UNSP, mengatakan, pembentukan BARI sudah mulai dirintis sejak tahun 2004. "UNSP akan meluncurkannya tahun ini, tapi hard launching-nya baru tahun 2011," kata dia, disela-sela peninjauan pabrik UNSP di Medan, Sumatra Utara, kemarin (7/1).
UNSP akan menginvestasikan dana sebesar US$ 5 juta untuk pendirian BARI. Sayang, Howard belum mau mengungkapkan total dana yang disiapkan untuk operasional dan pengembangan perusahaan anyar itu.
Yang jelas, anak usaha Grup Bakrie ini menargetkan, BARI bisa memproduksi sebanyak 6 juta bibit kelapa sawit pada tahun 2012. Dari jumlah itu, sebanyak 4 juta bibit dijual dengan perkiraan harganya US$ 1 per bibit. Artinya, UNSP bisa memperoleh pendapatan sebesar US$ 4 juta dari bisnis pembibitan itu. Sementara sisa bibit akan digunakan sendiri oleh perusahaan tersebut.
Bibit dari Kosta Rika
Pada tahun 2016 nanti, UNSP berharap kontribusi dari bisnis pembibitan mencapai US$ 20 juta. "Kalau harga bibitnya naik, pasti pemasukan akan lebih tinggi," imbuh Howard. Dia optimistis, bibit itu laris di pasar. Sebabnya, pemerintah menargetkan luas lahan tertanam kelapa sawit di seluruh Indonesia mencapai 15 juta hektare (ha) hingga tahun 2015. Padahal, luas lahan tertanam saat ini hanya sekitar 7,9 juta ha.
Apalagi, bibit yang akan dijual BARI berasal dari varietas unggul. Seperti Avros, Ekona, Ghana, Nigeria, Evolution, dan Compact. Mereka mendapatkan bibit dari perusahaan pengadaan bibit ternama asal Kosta Rika, bernama ASD de Costa Rica.
Selain pembibitan, UNSP juga berencana menambah luas lahan tertanam 10.000 hektare tahun ini. Lokasinya di Medan, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Tengah. Dana yang dianggarkan untuk ekspansi lahan ini antara US$ 25 juta sampai US$ 30 juta. Sumbernya berasal dari kas internal.
Howard menambahkan, hingga akhir tahun lalu, UNSP sudah memproduksi 1,15 juta ton tandan buah segar, 275.000 ton minyak kelapa sawit (CPO), dan 20.000 ton karet. Tapi, dia belum mau mengunkapkan target produksi pada tahun ini.
Analis Syailendra Capital Lanang Trihardian berpendapat, saat ini suplai bibit sawit di pasar cukup banyak. Namun, jumlahnya akan menciut saat perusahaan sawit ramai-ramai melakukan ekspansi karena kenaikan harga CPO.
Dia menilai, margin keuntungan bisnis bibit cukup tinggi. "Bisa 50% bahkan sampai 80%," ujar Lanang. Tapi, kontribusinya ke pendapatan UNSP tak terlalu besar karena volumenya tidak banyak. Tahun ini, dia memperkirakan, pendapatan UNSP sebesar Rp 2,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News