Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Secara rinci, Burhan Tjokro memperoleh sebanyak 325,58 juta, Ulung Wijaya 325,58 juta, Merty Tjokro 209,30 juta, Mertje Tjokro sebanyak 69,77 juta, dan Tuti Nuarni 69,77 juta. Seluruh saham tersebut akan dialihkan pada harga penawaran Rp 118 per saham.
Setelah penawaran umum, program ESA, konversi utang, dan pengalihan saham tersebut, kepemilikan Jati Samina berkurang dari 55% menjadi 43,80%. Lalu, Burhan Tjokro dari 15% menjadi 11,95%, Ulung Wijaya dari 15% menjadi 11,95%, Mertje Tjokro 5% menjadi 3,98%, Turi Nuarni 5% menjadi 3,98%, dan Merty Tjokro 5% menjadi 3,98%.
Kemudian, kepemilikan masyarakat sebanyak 9,25%, karyawan (program ESA) 0,31%, PT Surya Fajar Capital 7,42%, dan PT Surya Fajar Corpora 3,38%.
Baca Juga: BEI mengantongi 27 calon emiten, mayoritas tergolong aset skala menengah
Per 2019, Ulima Nitra membukukan penjualan bersih Rp 332,53 miliar, turun 3,62% dibanding penjualan tahun 2018 sebesar Rp 345,02 miliar.
Per November 2020, realisasi penjualan bersig Ulima Nitra adalah sebesar Rp 270,93 miliar.
Sementara dari segi bottom line, jumlah laba bersih Ulima Nitra pada 2019 adalah sebesar Rp 17,43 miliar, turun 1,69% dari laba bersih 2018 yang sebesar Rp 17,14 miliar. Akan tetapi, per November 2020, Ulima Nitra membukukan rugi bersih Rp 5,62 miliar.
Selanjutnya: Meraup untung dari kenaikan bitcoin, Coinbase selangkah lagi menuju IPO
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News