kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bakal dapat insentif, bagaimana prospek emiten media?


Jumat, 21 Agustus 2020 / 15:17 WIB
Bakal dapat insentif, bagaimana prospek emiten media?


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah rencananya akan memberikan sejumlah insentif ke pekerja dan industri media. Insentif tersebut antara lain menghapuskan pajak pertambahan nilai (PPN) bagi kertas koran, mengupayakan mekanisme penundaan atau penangguhan beban listrik bagi industri media dan menangguhkan iuran BPJS ketenagakerjaan selama 12 bulan untuk industri pers dan industri lainnya. 

Selain itu, pemerintah akan mendiskusikan dengan BPJS kesehatan terkait penangguhan pembayaran premi BPJS kesehatan bagi pekerja media, memberikan keringanan cicilan pajak korporasi di masa pandemi dari yang semula turun 30% menjadi turun 50%, membebaskan pajak penghasilan (PPh) karyawan yang berpenghasilan hingga Rp 200 juta per bulan dan menginstruksikan semua kementerian agar mengalihkan anggaran belanja iklan ke media lokal. 

Baca Juga: Gerakkan ekonomi, pemerintah akan ganti insentif PPh 21 dengan BLT

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan adanya insentif maka perusahaan media dapat terbantu untuk menjadi lebih leluasa dan dapat bertahan hingga vaksin Covid-19 ditemukan. 

Apabila sesuai prediksi, maka semestinya vaksin bisa diproduksi pada kuartal I-2021. 

Selain itu, Chris mengatakan ke depan prospek media juga masih cukup baik sejalan dengan banyak media yang sudah mulai beralih ke digital dengan pembuatan konten-konten yang dapat dinikmati secara global. Kondisi ini dapat mendorong harga saham meningkat. 

"Untuk harga saham sendiri cenderung masih dapat menguat," jelas Chris, Jumat (21/8)

Chris merekomendasikan saham MNCN dan SCMA yang masih cukup menarik karena sudah terkoreksi cukup dalam, terlebih karena kinerja kedua emiten media ini cenderung masih cukup stabil di tengah pandemi. Adapun harga saham MNCN saat ini Rp 910 dan SCMA Rp 1.210. 

Chris menargetkan harga kedua saham tersebut masing-masing di level Rp 1.200 dan Rp 1.700. 

Sementara itu Analis Mirae Assset Sekuritas Christine Natasya menilai insentif yang diberikan oleh pemerintah dapat membantu emiten media untuk bertahan, hanya saja dampaknya mungkin tidak terlalu signifikan. 

Saat ini, Christine masih merekomendasikan beli saham MNCN karena utangnya yang perlahan berkurang dan saat ini valuasi sahamnya terhitung murah. 

Di harga saat ini, saham MNCN memiliki price earning ratio (PER) 6,79 kali. Dia menargetkan harga MNCN mencapai Rp 1.130.

"Saya punya rekomendasi buy karena prospek masih bagus, valuasi murah," jelas Christine. 

Baca Juga: Kabar baik! Industri media dapat guyuran insentif dari Kemenkeu mulai Agustus 2020

Christine menambahkan sepanjang semester I-2020 MNCN membukukan laba bersih sebesar Rp 956,2 miliar atau turun 17,4% secara tahunan (yoy). Hal ini sejalan dengan estimasi Mirae Asset dan konsensus dengan tingkat run-rate masing-masing sebesar 52% dan 49%. 

Sementara itu pendapatan MNCN di semester I-2020 mencapai Rp 3,9 triliun atau setara 47% dari estimasi Mirae Asset Sekuritas di 2020. Kinerja MNCN mengalami penurunan lantaran adanya penghematan biaya oleh pengiklan, meskipun penayangan di televisi meningkat sejalan dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

Dengan pelonggaran PSBB, Christine melihat kinerja MNCN juga akan membaik dan pulih di tahun 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×