Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kondisi pasar saham dan obligasi cenderung kondusif pada sisa 2014 ini. Namun di satu sisi, investor harus tetap cermat memilih instrumen investasi.
Direktur Utama Bahana TCW Invesment Management, Edward Lubis mengutarakan pasar saham merupakan instrumen investasi paling tepat untuk mengoptimalkan imbal hasil. Ia menilai, pasar saham masih bisa tumbuh setidaknya hingga penghujung 2014.
"Aksi ambil untung investor juga sudah dilakukan sejak Agustus kemarin. Pasca pengumuman kenaikan harga BBM oleh pemerintah pasar saham tumbuh lagi," ujar Edward. Kini, lanjut Edward, yang menjadi penentu kondisi pasar saham 2015 adalah realisasi pemerintah dalam membuktikan janji politiknya untuk perbaikan di segala lini.
Menurutnya, jika hal-hal seperti swasembada pangan, perbaikan infrastruktur dan lain sebagainya benar-benar dibuktikan pada kinerja pemerintah tahun depan, hal ini bisa berdampak pada perbaikan nilai impor yang terus berkurang sehingga membuat makro ekonomi domestik makin membaik. Ujung-ujungnya, kinerja emiten saham bisa ikut terangkat.
Kondisi pasar obligasi juga masih relatif baik. "Kenaikan tingkat suku bunga Bank Indonesia beberapa pekan lalu justru direspon positif oleh investor sehingga yield obligasi tenor 10 tahun bisa turun menjadi 7,6%," tambah Edward.
Edward menyarankan agar investor menghindari instrumen investasi emas. Menurutnya, harga emas sangat sulit bangkit di tengah perkasanya posisi dollar Amerika Serikat yang diprediksi masih berlanjut hingga tahun depan.
"Banyak investor berpikir harga emas di sini tidak banyak turunnya padahal harga emas dunia sedang anjlok. Tapi saya katakan, harga di sini tidak begitu anjlok karena nilai rupiah sendiri juga sedang anjlok ke Rp 12.000. Sehingga saat dikonversi ke rupiah seakan-akan harga emas tidak turun," ujar Edward.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News