Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rupiah ditutup menguat pada Jumat (14/10) lalu di pasar spot. Ketidakjelasan pidato Gubernur The Fed menjadi katalisnya.
Mengutip Bloomberg, rupiah pada Jumat (14/10) pada pasar spot mampu bertengger di level Rp 13.033 per dolar AS atau membaik sebanyak 0,31% dari penutupan hari sebelumnya yang berada di di level Rp 13.073 per dollar AS.
Namun, bila dibandingkan dengan sepekan sebelumnya, rupiah justu melemah sebesar 0,34% setelah pada Jumat (7/10) rupiah mampu bertahan di level Rp 12.989 per dollar AS.
Sebaliknya, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah naik ke level Rp 13.047 per dollar AS. Memburuk sekitar 0,14% dari hari sebelumnya yang ditutup di level Rp 13.028 per dollar AS. Sedangkan bila dibandingkan dengan sepekan sebelumnya, rupiah merosot sebanyak 0,35% setelah pada Jumat (7/10) rupiah ditutup di level Rp 13.002 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede, merasa bahwa pergerakan mata uang Garuda yang sedikit terangkat pada Jumat (14/10) akhir pekan kemarin disebabkan karena banyak spekulasi yang berkembang jelang pidato gubernur The Fed Janet Yellen di Boston pada Sabtu (15/10) pagi waktu Jakarta. "Spekulasi ini membuat indeks dollar AS agak melemah, sehingga sedikit mendongkrak rupiah," kata dia.
Apalagi, ternyata pidato Yellen pada Sabtu (15/10) masih terkesan hati-hati dan cenderung menghindari pernyataan yang bersifat hawkish. Maka, dipercaya dollar AS akan kembali melemah pada Senin (17/10) ini.
Dari dalam negeri sendiri, Josua merasa euforia program pengampunan pajak masih berlanjut dan mampu menjadi otot penguat rupiah pada pekan depan. Keputusan presiden Jokowi untuk melantik menteri dan wakil menteri ESDM pada Jumat (14/10) lalu juga dilihat Josua dapat membantu menjadi pelumas bagi bergeraknya mesin pendorong rupiah.
"Banyak pelaku pasar yang optimistis pendapatan negara melalui sektor energi dan mineral akan bertambah dengan dilantiknya menteri dan wakil menteri baru ini," ujar dia.
Selain itu, pada pekan depan juga akan tersaji data neraca perdagangan Indonesia bulan September yang akan dirilis pada Selasa (18/10), juga Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang akan diadakan pada Kamis (20/10) ini.
Pada RDG ini kemungkinan besaran BI 7-day repo rate akan dikaji ulang. Josua mengajak pelaku pasar untuk mencermati data-data yang keluar dari rilis ini. "Kalau hasilnya baik, tentu rupiah akan semakin kuat," kata Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News