kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45905,12   1,79   0.20%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bagaimana investor merespons saat ada emiten yang stock split? Ini saran analis


Kamis, 25 November 2021 / 20:42 WIB
Bagaimana investor merespons saat ada emiten yang stock split? Ini saran analis
ILUSTRASI. Bagaimana investor merespons saat ada emiten yang stock split? Ini saran analis


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun 2021, sejumlah emiten telah memecah nilai nominal saham atawa stock split. Menurut catatan Kontan.co.id, ada tujuh emiten yang telah melakukan stock split yakni EMTK, HOKI, ERAA, SRTG, HEAL BBCA, dan SCMA.

Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana menanggapi, berbicara harga saham fokusnya adalah fundamental perusahaan dan ekspektasi terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang. 

Sementara, stock split hanya membuat harganya lebih murah dengan harapan lebih likuid sehingga lebih mudah diperdagangkan dan investor ritel bisa lebih mudah untuk masuk.

Dia mencotohkan BBCA, sebelum stock split harga 1 lot saham BBCA sekitar Rp 3,5 juta. Usai stock split harga 1 lot sahamnya menjadi sekitar Rp 700.000. "Saya lihat juga setelah stock split kepemilikan investor ritel di BBCA meningkat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (25/11).

Baca Juga: Dukung pengelolaan keuangan dana haji, BEI kerja sama dengan BPKH

Namun, dia menegaskan stock split tidak memberikan pengaruh pada naik turunnya harga saham. Menurut dia, yang mempengaruhi naik turunnya suatu harga saham lebih kepada fundamental dan propek bisnis ke depan.

Di sisi lain, Wawan bilang juga tergantung tren IHSG yang mana trennya sedang naik seperti saat ini sebetulnya emiten melakukan stock split atau tidak saham akan naik. 

 

Hanya saja, jika indeks dalam tren turun, maka dengan melakukan stock split ada kemungkinan harga saham bisa turun walaupun kembali lagi tergantung tren pasar secara keseluruhan dan ekspektasi investor terhadap kinerja masing-masing emiten.

Menilik RTI, beberapa emiten yang telah memecah sahamnya mencatatkan penurunan harga dalam 3 bulan terakhir sampai dengan Kamis (25/11). Emiten tersebut, EMTK yang turun 12,26%, HOKI turun 2,07%, dan SCMA turun 5,64%. Menurutnya, penurunan tersebut akibat fundamental perusahaan.

Baca Juga: Permintaan dan harga komoditas melonjak, kinerja emiten pelayaran ikut terkerek

"Beberapa valuasi cukup mahal dan kalau mereka melakukan stock split di saat sedang mahal jadi malah turun," jelasnya.

Senada, analis Phillip Sekuritas, Helen menaggapib bahwa stock split akan mendorong lebih banyak investor melakukan transaksi suatu saham karena harga yang lebih terjangkau. "Namun perlu diingat bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi kinerja dari perusahaan yang bersangkutan," ujarnya.

Ia bilang, sebaiknya investor tetap perlu memperhatikan fundamental perusahaan, likuiditas sahamnya sebelum stock split, serta faktor lainnya seperti industrinya.

Baca Juga: Dian Swastatika Sentosa (DSSA) berencana stock split dengan rasio 1:10

Dalam waktu dekat, ada tiga emiten yang juga akan memecah nilai nominal sahamnya, yakni, AKRA, DSSA, dan MTDL. Kedua analis sepakat bahwa belum tentu ketiga emiten tersebut akan mengalami penurunan harga saham. Sebab, akan tergantung prospek masing-masing perusahaan.

Menurut Wawan, meskipun stock split membuat saham lebih likuid dan banyak diperdagangkan tetapi jika prospek kurang menarik dan banyak investor yang melakukan aksi jual maka harga saham akan turun. Sebaliknya, jika memiliki prospek yang positif maka harga saham juga tentunya akan ikut terkerek.

Ia mencontohkan AKRA yang mana saat ini terdorong dari kenaikkan harga energi sehingga bisa lebih diuntungkan untuk penjualannya. "Juga, jika ditambah dari pemulihan ekonomi akan lebih baik karena kebutuhan BBM meningkat," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×