kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awas, harga saham PPRO sudah terlalu tinggi


Kamis, 13 Oktober 2016 / 07:24 WIB
Awas, harga saham PPRO sudah terlalu tinggi


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Saham PT PP Properti Tbk (PPRO) menjadi salah satu saham favorit di Bursa Efek Indonesia. Bila dihitung sejak awal tahun hingga Rabu (12/10), harga saham ini sudah melonjak 708,99%. Kemarin, harga PPRO ditutup di Rp 1.440 per saham.

Investor sudah memburu saham PPRO sejak emiten ini melangsungkan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 19 Mei 2015. Kala itu, PPRO menetapkan harga IPO di posisi Rp 185 per saham.

Di hari pencatatan saham perdana, harga PPRO menanjak 12% menjadi Rp 208 per saham.

Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai, kenaikan harga saham PPRO memperlihatkan minat investor masih tinggi. Pasalnya, kinerja PPRO masih cukup stabil. Sebagai anak usaha PT PP Tbk (PTPP), PPRO pasti akan mendapatkan dukungan baik secara finansial maupun jaringan yang cukup besar dari sang induk.

William menyukai saham PPRO karena segmentasi pasarnya fokus, yaitu middle atau menengah, bukan middle up atau middle low. Pasar middle, menurut dia, adalah pasar yang potensial karena memiliki kemampuan membeli sesuai keinginan mereka.

"Jadi proyek PPRO akan tepat sasaran dan tingkat penjualannya tinggi," kata dia kepada KONTAN, Rabu (12/10).

Meski industri properti masih melambat di tahun ini, melihat fokus PPRO ke arah middle class, William yakin emiten ini mampu melewati tantangan itu.

Analis Pefindo Martin Johannes Pandiangan berpendapat, saat ini PPRO butuh pendanaan besar untuk menjalankan proyeknya. Dari sisi top line atau penjualan masih sejalan dengan target Pefindo. Namun leverage PPRO akan naik karena proyeknya masih pengembangan.

"Ekspektasi kami tahun ini dan tahun depan leverage akan naik, tetapi prospek dan outlook-nya masih stabil," jelas dia.

Martin memprediksi, rasio utang terhadap EBITDA PPRO sampai akhir tahun ini sebesar 4 kali. Adapun rasio utang terhadap ekuitas masih rendah karena PPRO mendapatkan modal dari pemegang saham.

Martin juga setuju industri properti masih penuh tantangan di tahun ini, meski ada program amnesti pajak dan suku bunga yang rendah. Tahun depan, PPRO membidik pertumbuhan pendapatan dan laba bersih masing-masing 20% dibandingkan tahun ini.

Hingga akhir 2016, PPRO memproyeksikan pendapatan Rp 2,5 triliun dan laba bersih Rp 365 miliar. Dalam jangka pendek, William merekomendasikan sell on strength saham PPRO dengan target harga Rp 1.530 per saham.

Sebelumnya target harga William sudah tercapai, yaitu Rp 920. "Melihat harga yang tinggi, tingkat risikonya sudah terlalu besar," jelas dia. Untuk long term, William merekomendasikan hold PPRO.

Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada merekomendasikan buy PPRO selama bertahan di atas Rp 1.450 per saham.

Adapun Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.500 per saham hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×