kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Awal Tahun 2021-2022 Ramai IPO, Sejumlah Analis Ingatkan Hal Ini Untuk Pelaku Pasar


Senin, 28 Maret 2022 / 10:23 WIB
Awal Tahun 2021-2022 Ramai IPO, Sejumlah Analis Ingatkan Hal Ini Untuk Pelaku Pasar
ILUSTRASI. Investor perlu tetap berpikir jernih jika berniat mengoleksi saham-saham emiten pada perhelatan IPO.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Periode kuartal pertama tahun 2021 dan 2022 ramai dengan hajatan initial public offering (IPO). Sejumlah perusahaan sigap menggalang dana dari pasar saham sebagai modal ekspansi di tengah pandemi.

Pada kuartal pertama 2022 ini, setidaknya sudah ada 12 emiten baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka adalah:

  1. PT Adaro Minerals Indonesia (ADMR)
  2. PT Semacom Integrated Tbk (SEMA),
  3. PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC),
  4. PT Net Visi Media Tbk (NETV),
  5. PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (BAUT),
  6. PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK),
  7. PT Nusatama Berkah Tbk (NTBK),
  8. PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP),
  9. PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM),
  10. PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA),
  11. PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO), dan
  12. PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE).

Baca Juga: Berikut Rekomendasi Saham dari Panin Sekuritas untuk Senin (28/3)

Selain itu, enam perusahaan yang sedang antre menggelar IPO. Lima diantaranya sedang dalam fase book building, yakni PT Wir Asia Tbk (WIRG), PT Sigma Energy Compressindo Tbk (SICO), PT Teladan Prima Agro Tbk (TLDN), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Murni Sadar Tbk (MTMH). Sedangkan PT Winner Nusantara Jaya Tbk (WINR) ada dalam tahap pre-effective.

Dilihat dari sisi pergerakan sahamnya, Adaro Minerals (ADMR) menjadi juara di deretan emiten yang IPO di kuartal pertama 2022. Harga saham dari emiten yang listing pada 3 Januari 2022 ini sudah meroket 1.845% dalam 3 bulan terakhir.

Sementara itu, pada kuartal pertama 2021 lalu setidaknya ada 10 perusahaan yang secara resmi mencatatkan diri di BEI. Mereka adalah

  1. PT FAP Agri Tbk (FAPA),
  2. PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS),
  3. PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK),
  4. PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE),
  5. PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU),
  6. PT Indointernet Tbk (EDGE),
  7. PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ),
  8. PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS),
  9. PT Sunter Lakeside Hotel Tbk (SNLK), dan
  10. PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX).

Baca Juga: Melihat Prospek Saham-Saham Pendatang Baru yang Cetak Kenaikan pasca IPO

Diantara emiten tersebut, Damai Sejahtera Abadi menjadi emiten yang sahamnya lebih terjaga di zona hijau. Dalam setahun terakhir, saham UFOE sudah naik 439,02% dan secara year to date menanjak 36%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana melihat bahwa ramainya IPO pada awal tahun 2021-2022 tak lepas dari adanya progres pengendalian pandemi covid-19 yang diiringi dengan pemulihan ekonomi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun ikut terangkat dengan bergerak naik di zona hijau.

Sejumlah perusahaan memandang kondisi ini sebagai momentum yang tepat untuk menghimpun dana demi menjaga keberlanjutan usaha dan melancarkan agenda ekspansi. "Dengan fundamental makro yang terus membaik, level kesehatan masyarakat yang terkendali, IHSG masuk ke zona bullish, jadi cocok untuk IPO menarik minat investor," ujar Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/3).

Baca Juga: Gara-gara Invasi Rusia ke Ukraina, Nilai IPO Global Anjlok 70% di Kuartal 1-2022

Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana menambahkan bahwa ada sejumlah faktor yang membuat harga saham emiten setelah IPO bisa meroket atau merosot. Pertama, faktor fundamental perusahaan. Kedua, tujuan alokasi dana hasil IPO, apakah untuk tujuan ekspansi maupun meningkatkan kapasitas produksi, atau untuk membayar utang.

Ketiga, faktor permintaan, oversubscribed atau undersubcribed. Keempat, momentum IPO yang tepat. "Catatan saya untuk IPO di awal tahun 2021 maupun 2022 adalah mengenai momentum," kata Raditya.

Dia menjelaskan, tahun lalu menjadi momentum bagi saham-saham yang berbasis teknologi-digital. Sektor yang sedang naik daun tersebut membawa sentimen positif bagi emiten yang bergerak di dalamnya.

Baca Juga: Saham Sektor Industrial Mulai Membaik, Meski Masih Selow

Sedangkan pada tahun ini, super cycle commodity membawa angin segar bagi emiten-emiten di sektor komoditas. "Ini yang menjadi salah satu alasan ADMR mengalami kenaikan signifikan setelah IPO," ujar Raditya.

Konflik Rusia-Ukraina semakin memanaskan super cycle commodity sehingga harga batubara, sawit atau crude palm oil (CPO), minyak mentah, nikel, timah hingga emas mengalami lonjakan signifikan sejak akhir Januari 2022. Kondisi ini membuat average selling price perusahaan komoditas ikut terdongkrak.

Selain komoditas, Raditya melihat sektor teknologi masih menjadi primadona yang dinanti pelaku pasar. Setelah pada tahun lalu pasar antusias menyambut BUKA, kini para investor kembali bergairah atas kedatangan GOTO yang sedang dalam proses IPO.

Baca Juga: Saham-Saham Pendatang Baru Ini Menguat Signifikan, Bagaimana Prospeknya ke Depan?

Untuk investasi jangka panjang, Raditya menilai sektor teknologi menarik untuk dikoleksi, mengingat aspek teknologi yang semakin lekat dan aktivitas keseharian masyarakat. "Namun untuk saat ini, kami masih memilih wait and see untuk sektor ini," imbuhnya.

Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengamini bahwa ada beragam faktor yang menyebabkan naik atau turunnya saham setelah IPO. Di samping sentimen sektoral, seperti di komoditas, konsistensi kinerja dan valuasi yang masih murah juga menentukan pergerakan saham emiten.

"Selain itu tentu karena masih minim aksi profit taking pada saham bersangkutan sehingga masih cenderung menguat. Demikian juga dengan yang turun, selain dari sentimen sektoral juga ada faktor lain yang mesti diperhatikan investor," kata Ivan. Dia juga melihat sektor energi masih menarik untuk dicermati pelaku pasar. Begitu juga sektor barang baku, teknologi, serta transportasi.

Baca Juga: Berikut Rekomendasi Saham dari Panin Sekuritas untuk Senin (28/3)

Sementara itu, Wawan mengingat agar pelaku pasar tetap berpikir jernih jika akan mengoleksi saham-saham emiten yang sedang IPO. Wawan menekankan, paling tidak investor mesti memahami tiga faktor yakni fundamental kinerja keuangan perusahaan, prospek bisnis dan kelangsungan usaha, serta likuiditas dari saham tersebut.

Jika telah menimbang tiga hal itu investor masih tertarik, tidak ada salahnya untuk mengoleksi. Tapi, jangan ketinggalan untuk menyiapkan exit strategy. "Misalnya dengan cut loss point 15% atau profit taking point 25%, hal ini untuk memitigasi nyangkut pada saham tertentu," tandas Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×