Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Lantaran membukukan defisiensi modal senilai Rp 2,02 triliun hingga 31 Desember 2013, kelangsungan hidup PT Bakrie & Brother Tbk (BNBR) ke depan kini dipertanyakan. Defisiensi modal terjadi lantaran total kewajiban BNBR yang senilai Rp 13,89 triliun, sudah melebihi total aset yang sebesar Rp 11,87 triliun.
Mazars, auditor independen yang memriksa laporan keuangan BNBR tahun 2013, menyatakan perusahaan investasi grup Bakrie itu memiliki indikasi ketidakpastian material. "(hal itu) dapat menyebabkan keraguan yang signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya," tulis Mazars, dalam laporan keuangan BNBR tahun 2013 yang dirilis Jumat (11/4).
Dalam laporan keuangannya, BNBR menyatakan defisiensi modal terjadi karena rugi penurunan nilai investasi jangka pendek dan perubahan nilai wajar derivatif. Rinciannya, BNBR mencetak rugi penurunan nilai investasi jangka pendek senilai Rp 5,39 triliun di tahun 2013. Padahal pada tahun sebelumnya, pos tersebut bahkan tidak ada.
Sedangkan perubahan nilai wajar derivatif BNBR tahun lalu tercatat minus Rp 2,77 triliun. Pada tahun 2012, angka perubahan nilai wajar derivatif hanya tercatat minus Rp 6,79 miliar.
Sehubungan dengan rangkaian persoalan diatas, BNBR berniat melakukan sejumlah upaya pembenahan. Pertama, BNBR akan merestrukturisasi utang dan mengkonversinya menjadi saham. Kedua, meningkatkan modal melalui penerbitan saham dan penjualan aset.
Ketiga, manajemen BNBR akan mengurangi investasi dalam bentuk saham. Sedangkan upaya keempat adalah fokus mengembangkan kegiatan usaha manufaktur. Dan terakhir, BNBR akan mengembangkan proyek infrastruktur utama untuk mendapatkan sumber pendanaan yang berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News