Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis terhadap prospek dan kinerja pasar modal Indonesia pada tahun ini.
Untuk mendukung proyeksi tersebut, Bursa telah mengakomodasi perusahaan-perusahaan new economy di bidang teknologi atau perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar alias unicorn untuk tercatat di BEI melalui berbagai terobosan baru, terutama dalam penyesuaian peraturan pencatatan.
Belum lama ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberlakukan aturan Saham dengan Hak Suara Multipel (SHSM), dilanjutkan dengan Bursa yang melakukan penyesuaian Peraturan Bursa No I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas.
Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk memberikan pintu yang luas bagi perusahaan dari sektor new economy untuk dapat tercatat di Bursa.
Baca Juga: Analis Sarankan Beli Saham BBCA & 2 Saham Lain, Ini Panduan yang Perlu Dipahami
“Kita lakukan penyesuaian terhadap Peraturan Pencatatan Saham No I-A. Kita sadar ada perubahan dan perkembangan model bisnis yang kategorinya new economy,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, dalam keterangannya, Senin (7/2)
Nyoman mengatakan, saat ini proyeksi perusahaan dari sektor new economy untuk meramaikan pasar Modal Indonesia cukup tinggi. Indonesia saat ini tercatat jadi penghasil perusahaan dengan valuasi unicorn terbanyak di ASEAN. Sebanyak 9 dari 15 unicorn berasal dari Indonesia.
Sementara itu, tidak kurang dari 37 centaur, perusahaan rintisan dengan valuasi antara US$100 juta - US$1 Miliar, atau 38% dari jumlah centaur di Asia Tenggara berasal dari Indonesia.
Baca Juga: Bursa Senin (7/2) Senin Segera Dibuka, Cek Prediksi IHSG dan Saham Pilihan Hari Ini
“Kita sudah bertemu dengan sekitar 50 unicorn dan centaur di Indonesia, 15 di antaranya telah menyatakan rencana go public. Tentu ini hal yang menggembirakan bagi kita,” ucap Nyoman.













