Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan parlemen belum lama ini menyepakati asumsi dasar ekonomi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2025.
Untuk nilai tukar rupiah dipatok di level Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Angka ini lebih rendah dari usulan pemerintah sebelumnya Rp 16.100 per dolar AS.
Penetapan asumsi kurs rupiah tersebut dinilai akan memberikan dampak pada sektor farmasi yang memiliki ketergantungan terhadap impor bahan baku.
Menanggapi hal itu, Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Kartika Setiabudy mengatakan kurs rupiah berpengaruh ke harga pokok penjualan karena importasi bahan baku yang belum tersedia secara lokal. Dalam kondisi kurs yang melemah, perusahaan berupaya mengelola tingkat margin dengan strategi bauran produk dan pengelolaan harga.
Baca Juga: Wabah Mpox Berdampak pada Emiten Kesehatan, Cek Saham Rekomendasi Analis
"Kondisi nilai tukar yang stabil akan berdampak positif bagi perusahaan," ujar Kartika kepada Kontan, Senin (9/9).
Namun ia tak merinci apakah asumsi kurs rupiah yang dipatok pemerintah tahun depan sudah ideal bagi keberlangsungan bisnis perusahaan.
"Yang penting kurs rupiah stabil," tegasnya.
Di sisi lain, Kartika bilang KLBF tetap berinovasi untuk mencari substitusi bahan baku impor menjadi lokal untuk mengurangi ketergantungan atas pembelian bahan baku impor.
KLBF juga terus membangun kapabilitas untuk produksi dalam negeri untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai strategi jangka panjang.
"Pada segmen obat biologis, perusahaan telah merintis produksi dan penggunaan bahan baku lokal," ujarnya.
Dalam catatan Kontan, KLBF telah menjalin kerja sama dengan Livzon Pharmaceutical Group Inc, mendirikan perusahaan patungan untuk memproduksi bahan baku obat. Kerja sama strategis itu akan meningkatkan kemampuan KLBF untuk memproduksi bahan baku obat sendiri.
Baca Juga: KLBF Melebarkan Sayap ke Pasar Ekspor
Nantinya bahan baku obat itu akan dimanfaatkan untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Sejalan dengan itu, KLBF juga melakukan investasi dalam pengembangan obat-obat kanker.
Untuk segmen farma, KLBF sedang meningkatkan fasilitas di Jakarta dan Surabaya. Harapannya, ini akan bisa mendorong kapasitas produksi segmen obat resep.
Adapun untuk tahun ini, KLBF telah menyiapkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar Rp 1 triliun. Anggaran tersebut bakal dipakai untuk ekspansi bisnis KLBF.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News