Reporter: Sandy Baskoro, Abdul Wahid Fauzi | Editor: Test Test
JAKARTA. Penguasa Bursa Efek Indonesia (BEI) kini sudah berganti. Nilai kapitalisasi pasar PT Astra International Tbk (ASII) telah melampaui PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang selama bertahun-tahun merajai lantai bursa.
Kemarin (22/3), harga saham berkode ASII ini meningkat 0,25% menjadi Rp 40.200 per saham. Otomatis, ini mendongkrak nilai kapitalisasi pasarnya menjadi Rp 162,74 triliun, atau setara 7,36% dari total kapitalisasi BEI yang mencapai Rp 2.211,1 triliun.
Sebenarnya, harga saham ASII mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarahnya pada Rabu (17/3) pekan lalu, sebesar Rp 40.850 per saham. Namun, posisi teratas baru direngkuhnya kemarin, setelah harga saham TLKM turun 2,42% menjadi Rp 8.050 per saham.
Alhasil, nilai kapitalisasi pasar raksasa telekomunikasi ini tergerus menjadi Rp 162,29 triliun. Ini setara dengan 7,34% kapitalisasi pasar BEI. Sepanjang sejarah bursa saham di Indonesia, posisi TLKM tak pernah tergoyahkan kecuali oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di awal tahun 2008.
Kepak sayap ASII menguasai bursa saham tak lepas dari sepak terjang bisnis Grup Astra yang terus tumbuh. Selain mendominasi pasar otomotif nasional, lewat anak usahanya, raksasa bisnis ini gencar menyasar sektor perkebunan, batubara, dan perbankan.
Analis Valbury Asia Securities, Budi Rustanto, mengatakan, investor masih akan memburu saham ASII lantaran ekonomi Indonesia makin berkembang. "Tapi Grup Astra tak akan meninggalkan bisnis intinya di sektor otomotif," imbuhnya, kemarin.
Tapi, menurut Budi, harga saham ASII sudah tinggi, dan hanya investor kakap yang bisa memilikinya. Artinya, manajemen ASII perlu mempertimbangkan pemecahan nilai saham alias stock split. "Rasio ideal stock split adalah 1:2 hingga 1:3," ujarnya. Sehingga, saham ASII bisa dibeli oleh seluruh kalangan.
Kepala Riset Bhakti Securities, Edwin Sebayang, tak sepakat dengan penilaian itu. "Barang bagus tentunya harus dimiliki investor yang berkualitas juga," tandasnya. Sedangkan Yulian Warman, Head of Public Relations ASII, menyatakan, hingga kini ASII belum memiliki rencana stock split.
Baik Budi maupun Edwin masih merekomendasikan beli saham ASII. Masing-masing mematok target harga Rp 43.700 dan Rp 47.000 per saham hingga akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News