Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menargetkan, produksi tandan buah segar (TBS) dan crude palm oil (CPO) perusahaan pada tahun 2022 dapat naik sebesar 5% dibanding tahun lalu.
Sepanjang 2021, AALI mencatatkan produksi TBS sebanyak 4,32 juta ton dan CPO 1,95 juta ton.
Pada semester 1 2022, produksi TBS AALI sebanyak 1,47 juta ton dengan produksi CPO 638.000 ton.
Fenny A. Sofyan, Communication and Investor Relation Manager PT Astra Agro Lestari Tbk mengatakan, terjadi penurunan produksi TBS dan CPO pada paruh pertama tahun ini.
Baca Juga: Anak Usaha Astra Agro Lestari Bantah Tuduhan Perampasan Tanah Masyarakat
Produksi TBS inti dan plasma AALI turun 12,1% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi 1,96 juta ton dari 2,23 juta ton. Hal ini disebabkan oleh musim kemarau 2019 yang berefek hingga semester 1 tahun ini.
Akan tetapi, AALI yakin target secara tahunan masih bisa terpenuhi dengan kinerja produksi pada semester 2 2022.
“AALI optimistis target pada tahun ini dapat tercapai karena secara tren pada kuartal III mengalami kenaikan walaupun pada kuartal IV biasanya ada sedikit koreksi,” kata Fenny, Rabu (19/10).
Untuk aspek keuangan, AALI juga yakin perusahaan dapat mencapai target tahunannya. Pasalnya, perusahaan dapat melakukan penyesuaian dengan situasi dan kondisi eksternal, seperti kebijakan pemerintah serta situasi pasar dunia yang menyebabkan harga fluktuatif.
Baca Juga: Harga CPO Masih Bisa Mendaki, Saham Emiten Sawit Layak Koleksi
Saat ini, kebijakan pemerintah terkait pajak ekspor dan pungutan ekspor sudah mendukung agar ekspor kembali meningkat. Menurut Fenny, pasar ekspor AALI masih berjalan seperti biasanya.
“Perusahaan masih fokus ekspor ke India, Cina, Pakistan dan negara lainnya yang tidak begitu banyak perubahan permintaan,” ucap Fenny.
Di sisi lain, saat ini pasokan minyak nabati lain sedang melimpah sehingga menyebabkan penurunan harga CPO.
Meskipun begitu, situasi saat ini tergolong wajar, mengingat perkembangan harga komoditas pasar internasional juga fluktuatif akibat beragam faktor.
“Harga yang terlalu tinggi juga sebetulnya tidak terlalu baik karena kenaikan harga jual pasti akan diiringi dengan biaya produksi yang meningkat,” ungkap Fenny.
Sebagai pengingat, harga CPO sempat menyentuh titik puncaknya pada Maret 2022 dengan harga di atas RM 7.600 per ton. Sementara itu, berdasarkan Bursa Derivatif Malaysia, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2023 per perdagangan Rabu (19/10) ditutup di level RM 4.120 per ton.
Baca Juga: Prospek Harga CPO Masih Positif, Simak Faktor Pendukung dan Rekomendasi Sahamnya
Sebagai informasi, pada semester 1 2022, AALI membukukan pendapatan bersih Rp 10,96 triliun, naik tipis 1,2% yoy dari Rp 10,83 triliun. Realisasi ini didorong oleh kenaikan harga CPO dan turunannya.
Pada paruh pertama 2022, harga CPO meningkat 46% yoy menjadi Rp 15.023 per kg dari sebelumnya Rp 10.274 per kg. Di sisi lain, kuantitas penjualan AALI menurun sehingga pendapatannya tak tumbuh signifikan meski harga CPO naik tinggi.
Dari segi bottom line, AALI membukukan laba bersih sebesar Rp 809,3 miliar. Perolehan ini meningkat 24,6% yoy dari laba bersih periode sama tahun 2021 yang sebesar Rp 649,3 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News