Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing terus melepas kepemilikannya atas saham-saham blue chips di Bursa Efek Indonesia (BEI). Asing membukukan jual bersih hingga Rp 2,67 triliun di seluruh pasar dalam seminggu terakhir.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, sejauh ini pelaku pasar mengantisipasi beberapa hal yang akan terjadi pada pekan depan. Pekan depan, Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang bakal mengadakan pertemuan bank sentral.
Berdasarkan proyeksi Nico, tingkat suku bunga tidak akan berubah. Tapi investor akan menanti kebijakan dan langkah yang akan dilakukan bank sentral.
Baca Juga: IHSG mencatat kinerja terburuk di ASEAN
Selanjutnya, AS dan Eropa juga akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi turun hingga kontraksi. Apabila ekonomi kontraksi alias minus, sambungnya, tentu saja ini merupakan tanda awal sebuah resesi.
“Secara quater on quarter (qoq) kami melihat gross domestic product (GDP) AS berpotensi negatif, akan tetapi secara tahunan masih berpotensi berada di daerah positif, meski tentu saja terjadi penurunan,” kata Nico, Minggu (26/4),
Makanya investor asing masih menanti data-data tersebut serta menjaga likuiditas dalam bentuk cash, begitu pula untuk minggu depan.
Baca Juga: Kurs rupiah bisa terangkat harga minyak dan arus modal asing
Menurut Nico, dana asing berpotensi keluar lebih deras. Tapi jika harga saham di emerging market mengalami penurunan cukup signifikan, lanjutnya, hal ini tak menutup kemungkinan asing akan tetap menaruh porsi investasinya dalam emerging market, dan Indonesia salah satu pilihannya.
Selain itu, ada juga beberapa faktor yang bisa membuat dana asing kembali masuk ke pasar modal. Sentimen berupa bauran kebijakan fiskal dan moneter, serta berbagai relaksasi dari regulator dapat membuat dana asing masuk ke pasar modal.
“Apabila kebijakan itu sesuai dengan yang dibutuhkan, maka asing akan kembali datang. Terpenting, pengendalian Covid-19 untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi,” imbuh Nico.
Dalam seminggu terakhir, asing telah menjual saham Bank Central Asia (BBCA) senilai Rp 803,48 miliar, kemudian saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebesar Rp 204,85 miliar, Astra International (ASII) sebanyak Rp 202,6 miliar.
Selain itu, Telekomunikasi Indonesia (TLKM) juga mencatat jual bersih Rp 195,98 miliar, disusul Bank Negara Indonesia (BBNI) senilai Rp 122,84 miliar, dan Bank Mandiri (BMRI) sebesar Rp 117,47 miliar.
Baca Juga: Sepekan dana asing keluar Rp 2,67 triliun, ini saham yang masih diburu asing
Nico melihat, saham-saham unggulan yang banyak dilepas asing masih memiliki prospek yang sangat bagus. Secara fundamenta bisnis, emiten-emiten tersebut cukup kuat dalam menahan gelombang penurunan aktivitas ekonomi akibat Covid-19. Terlebih untuk saham dari sektor perbankan, sektor perbankan bakal tetap menggeliat meskipun ada penurunan laba dari biasanya.
Secara nilai valuasi, saham-saham ini juga mempunyai potensial upside dalam kurun waktu 12 bulan. Dia menyarankan investor untuk melakukan akumulasi beli terhadap saham-saham unggulan tersebut secara bertahap.
“Cepat atau lambat virus akan berlalu, ekonomi akan mampu bangkit, sehingga kami melihat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk mulai berinvestasi,” tutupnya.
Baca Juga: Seri jangka pendek dijagokan jadi yang paling diburu pada lelang SUN Selasa (28/4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News