Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,50%, namun nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dollar AS. Kurs rupiah masih tertekan di kisaran Rp 14.148 per dollar AS pada Jumat (18/5) sore.
Sejatinya, kenaikan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate merupakan respons BI untuk menghindari risiko inflasi yang dapat mendorong depresiasi lebih lanjut terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia.
Kepala Riset PT Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido, mengatakan kenaikan BI rate tidak serta-merta akan membuat investor asing kembali masuk ke pasar saham domestik.
“Itu relatif, investor asing masih membandingkan dengan yield obligasi Indonesia naik dan yield US Treasury yang juga naik, sehingga mereka masih wait and see,” Kata Kevin, Jumat (18/5)
Dalam dua minggu terakhir, mayoritas saham mencetak penjualan bersih alias net sell. Hal itu disebabkan sejumlah hal seperti ekspektasi kenaikan suku bunga The Federal Reserves yang lebih agresif, isu perang dagang, konflik geopolitik, dan memanasnya harga minyak.
Menurut Kevin, kemungkinan asing masih sulit untuk masuk lagi ke pasar domesitk, karena isu kenaikan suku bunga The Fed dan rupiah yang lemah. Namun, potensi itu tetap ada, termasuk ketika harga saham sudah mulai murah.
Saham-saham yang mencetak net sell terbesar secara year to date (ytd) per Jumat, antara lain BBRI, TLKM, ASII dan UNVR. Sebaliknya, saham-saham yang mencetak net buy terbesar pada periode yang sama, yaitu INKP, PTBA dan SMGR.
“Investor lokal bisa mengambil keuntungan dari kondisi saat ini, dengan masuk ke saham yang sudah murah. Tapi, tidak bisa untuk short term, sebab sulit untung di tengah penurunan indeks," imbuh Kevin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News