Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing tercatat rajin mengoleksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan ini. Tercatat pada perdagangan Kamis (6/4), investor asing mencatatkan beli bersih atau net buy Rp 646,8 miliar di seluruh pasar.
Dengan demikian, total net buy secara year to date (ytd) hingga akhir perdagangan Kamis (6/4) sebesar Rp 9,35 triliun.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, tren pergerakan arah pasar saham masih cukup fluktuatif hingga semester 1-2023, walaupun akan tetap ada recovery di kuartal II-2023 namun belum signifikan.
Praska mengatakan investor asing lebih fokus pada orientasi akselerasi ekonomi jangka menengah dan panjang, terlebih pasca era suku bunga tinggi, tentu akan ada kelonggaran moneter.
Baca Juga: Asing Net Buy Jumbo Rp 1,6 Triliun Saat IHSG Merosot, Cek Saham yang Banyak Dikoleksi
Di sisi lain, jika data inflasi tahunan baik secara global ataupun Indonesia dan menunjukkan adanya perlambatan hingga menyentuh target yang diharapkan. Investor asing akan tetap melakukan akumulasi pembelian di tengah era suku bunga tinggi.
Praska mengatakan investor asing cukup optimistis terhadap pasar saham dan obligasi Indonesia walaupun kondisi masih cukup fluktuatif terlihat dari kenaikan akumulasi net buy yang signifikan di pasar saham dan obligasi dalam sebulan terakhir.
Adapun, di tengah kebijakan suku bunga yang tinggi otomatis akan membuat inflasi melambat, terbukti kemarin inflasi tahunan atau year on year (yoy) sebesar 4,97%.
Menurut Praska investor asing sudah melihat dengan adanya penurunan inflasi ke depannya suku bunga akan dijust atau berubah lebih rendah ke depannya.
Menurut Praska, investor asing mencoba mengambil langkah duluan mengantisipasi kebijakan moneter yang diprediksi akan mengerek suku bunga lebih rendah.
Selain itu, secara Indeks manufaktur, indeks konsumen Indonesia cukup positif sehingga investor asing cenderung menyasar negara berkembang sebagai salah satu alternatif investasi.
Baca Juga: Intip Saham yang Banyak Dikoleksi Asing Kemarin Saat IHSG Menguat Tipis
Menurut Praska, investor asing akan tetap agresif dalam akumulasi net but hingga akhir semester 1 2023. Setelah itu, aksi akumulasi net buy investor asing akan berkurang.
Adapun prospek IHSG hingga akhir semester I-2023 diperkirakan masih relatif fluktuatif karena sikap wait and see investor dan tendensi investor masih memilih aset yang lebih aman, seperti emas dan obligasi pemerintah.
Praska menargetkan IHSG untuk jangka pendek di semester 1 2023 kembali ke level 7.000 dan hingga akhir tahun IHSG berada di level 7.400.
Sementara, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan IHSG memperlihatkan tanda tanda penguatan didukung oleh dorongan beli di pasar.
Namun, situasi dan kondisi akan ketidakpastian masih menghantui pelaku pasar dan investor dalam mengambil keputusan, meskipun setidaknya sekarang situasi dan kondisi sudah jauh lebih baik.
Nico menjelaskan jika fundamental ekonomi menguat dan solid dalam menghadapi tekanan ketidakpastian global. Pastinya pasar saham akan menguat jika terdapat capital inflow yang masuk dalam jumlah besar.
Baca Juga: Genjot Transaksi Pasar Modal, BEI Siapkan Beberapa Strategi
"Namun, jika kondisi pasar diiringi oleh aksi take profit tentu tidak bisa dikatakan menguat, karena ada mekanisme pasar di dalamnya," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (9/4).
Adapun, saat ini IHSG berpeluang mengalami fase konsolidasi kembali dengan rentang 6.795 - 6.875. Nico mengatakan pasar saham Indonesia pernah mengalami situasi dan kondisi yang sama sebelumnya dimana IHSG mengalami konsolidasi sehingga harus memutuskan untuk naik atau turun.
Saat ini, secara jangka pendek IHSG berpotensi mengalami koreksi, namun jangka menengah dan panjang masih terlihat potensi mengalami penguatan.
Di sisi lain, IHSG pekan depan berpotensi untuk kembali terkoreksi dengan level 6.750 - 6.825. Namun apabila data Inflasi Amerika yang keluar pada tanggal 12 April mengalami penurunan hingga 5%, ini akan mendorong IHSG dan bursa global mengalami penguatan.
"Data ini akan menjadi sangat penting diikuti dengan data PPI Final Demand yang akan keluar pada tanggal 13 April akan mengubah arus pasar ke depannya," tuturnya.
Baca Juga: ITMG dan ASII Terbesar, Cermati Saham-Saham yang Banyak Dilego Asing Sepekan Ini
Nico mengatakan ketika Inflasi Amerika mengalami penurunan hingga 5% secara tahunan, hal ini akan membuat kenaikan tingkat suku bunga menjadi jauh lebih terbatas, sehingga hal ini akan memberikan sentimen positif kepada pasar.
Menurut Nico, IHSG masih berpotensi menguat, asalkan tidak ditambah dengan gejolak di pasar keuangan seperti kasus SVB, ketidakpastian Inflasi, invasi, kenaikan tingkat suku bunga hingga potensi perlambatan ekonomi global.
Nico mengatakan sejauh ini ketidakpastian di pasar masih tetap ada seperti Inflasi, invasi, potensi kenaikan tingkat suku bunga lanjutan, dan perlambatan ekonomi global masih terjadi.
Namun gejolak di pasar sudah mulai mereda, akan tetapi perhatian pasar akan sepenuhnya tertuju kepada Credit Suisse yang masih mengalami masalah likuiditas.
Nico mengatakan investor harus tetap berhati-hati dalam kondisi saat ini, perhatikan profile risiko dan durasi investasi serta pilih saham saham yang memiliki fundamental baik agar dapat bertahan dalam menghadapi volatilitas yang terjadi di pasar serta memiliki potensi valuasi di masa yang akan datang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News