Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas, Bambang Rahmanto |
Jakarta. Porsi kepemilikan asing dalam Surat Utang Negara (SUN) mencetak rekor. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, per 24 Februari lalu, kepemilikan asing di SUN mencapai Rp 201,34 triliun.
Maklum saja, banyak sentimen positif yang menyokong pergerakan pasar Indonesia. "Investor asing mulai yakin dengan perekonomian Indonesia," sebut Sukartono, Head of Debt Capital Market BNI Securities, kemarin.
Meski asing menyerbu masuk, harga obligasi pemerintah justru tidak banyak bergerak. Jumat lalu, indeks SUN justu turun ke level 97,51. Padahal di awal pekan indeks yang disusun Perhimpunan Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun) ini masih berada di level 97,93.
Fenomena ini aneh karena saat ini pasar modal Indonesia mendapat banyak sentimen positif. Pekan lalu, Fitch Ratings menaikkan outlook utang Indonesia dari stabil menjadi positif, satu tingkat di bawah investment grade. Pasar juga memperkirakan inflasi Februari tidak akan setinggi inflasi Januari.
Transaksi sepi
Analis menyebutkan, salah satu yang menyebabkan harga SUN tak bergerak adalah aksi jual investor lokal. Analis pasar obligasi Trimegah Securities Imam MS menuturkan, investor lokal memanfaatkan masuknya asing untuk melepas surat utang pemerintah ke pasar. "Investor asing semakin gencar masuk SUN, di saat yang sama banyak investor domestik keluar," ujar dia.
Menurut catatan DJPU, sekuritas, termasuk investor lokal, memang banyak melepas portofolio SUN-nya. Per 23 Februari, kepemilikan SUN sekuritas mencapai Rp 420 miliar dan turun jadi tinggal Rp 140 triliun pada tanggal 24 Februari.
Selain itu, investor yang masuk ke pasar belakangan cenderung lebih suka memegang SUN dalam jangka waktu lebih panjang ketimbang memperdagangkan SUN tersebut di pasar. Apalagi, investor memang lebih memilih masuk ke SUN jangka pendek. "Investor memilih holding position," tutur Sukartono.
Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengungkapkan hal serupa. "Sebagian besar investor asing yang masuk diharapkan merupakan investor yang ingin berinvestasi jangka panjang," ujarnya.
Investor memilih memegang SUN lebih lama lantaran menilai risiko berinvestasi di Indonesia sudah berkurang. Namun, lantaran investor memilih menyimpan SUN, jumlah SUN yang beredar di pasar pun berkurang. Alhasil, transaksi SUN ikut turun. "Pasar obligasi jadi sepi," tambah Sukartono.
Analis memperkirakan, harga SUN tidak akan bergerak banyak sebulan ke depan. Analis memprediksi, nilai indeks SUN hanya akan bergerak tipis di kisaran 96,00-99,00 sebulan mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













