Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi jual terbatas terjadi di pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada Rabu (13/12). Hal ini tercermin dari kenaikan yield obligasi pemerintah Indonesia (INDOGB) tenor 5 tahun sebesar 6 bps menjadi 6,76% dan tenor 10 tahun sebesar 7 bps menjadi 6,7% akibat depresiasi rupiah.
Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, depresiasi tersebut disebabkan oleh arus keluar modal asing dari pasar saham yang berlangsung sejak Selasa pekan lalu (5/12). Total nilainya mencapai US$ 238,9 juta.
Walaupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan 3,3% ytd ke level 7.075 per (13/12), indeks LQ45 dan IDX 80 terkontraksi masing-masing sebesar 0,5% dan 1,5% ytd.
Baca Juga: Asing Mulai Aksi Beli Tapi Masih Hati-Hati
Hal ini mengindikasikan ketidakseimbangan pergerakan antara saham blue chip dengan saham-saham lainnya terutama sejumlah saham IPO, seperti CUAN yang naik 4.042,3% ytd, BREN 676,9% ytd, dan AMMN 306% ytd.
"Tampaknya hal ini memicu kekhawatiran investor asing atas fundamental IHSG," kata Lionel dalam risetnya, Kamis (14/12).
Sementara itu, euforia spekulatif melanda pasar global setelah rilis data inflasi PPI Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dibandingkan konsensus. Inflasi PPI AS bulan November 2023 turun menjadi 0,9% yoy, lebih rendah dari Oktober 2023 yang sebesar 1,2% yoy dan perkiraan konsensus 1% yoy.
Euforia spekulatif juga muncul setelah pengumuman proyeksi FOMC Desember dengan naiknya pemangkasan suku bunga The Fed 2024 menjadi 75 bps, dari perkiraan sebelumnya di 50 bps.
Baca Juga: Asing Mulai Incar Saham Bank dan Tambang, Cermati Rekomendasi Analis
"Pasar memperkirakan suku bunga Fed akan turun 150 bps menjadi 4,5% di 2024 dengan peluang dovish pivot terjadi di kuartal I-2024 tepatnya pada Maret," tutur Lionel.
Akibatnya, indeks obligasi EMBI untuk emerging market naik 0,7%, sementara yield US Treasury tenor 10 tahun dan Bund masing-masing turun 18 bps dan 5 bps menjadi 4,02% dan 2,17%. Yield INDOGB tenor 10 tahun berpeluang turun menuju rentang 6,6%-6,7% yang diikuti apresiasi rupiah menuju rentang Rp 14.500-Rp 15.500 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News