Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Head of Business Development FAC Sekuritas Indonesia Kenji Putera Tjahaja menilai, net sell yang terjadi tidak terlepas dari sejumlah saham yang sudah naik tinggi tahun lalu.
Misal, untuk saham perbankan yang memang kinerja sahamnya cukup oke di kuartal keempat 2022. Sehingga, investor asing yang sudah mengoleksi saham-saham ini dari kuartal sebelumnya sudah pasti akan merealisasikan profit terlebih dulu, mengingat adanya ancaman resesi di tahun ini.
Martha menilai, Investor bisa mencermati sektor perbankan, yang didorong oleh potensi pertumbuhan kredit tahun 2023, dimana estimasi kredit tahun ini tumbuh sebesar 12%. Proyeksi tersebut lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan kredit di 2022 yang sebesar 10,2% year-on-year (YoY).
Baca Juga: Saham Bank Kelas Kakap Jadi Pemberat IHSG Hari Ini, Selasa (10/1)
Penaikan suku bunga deposito juga akan membuat dana pihak ketiga (DPK) perbankan kembali tumbuh. Selain itu, ada perbaikan margin seiring kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI).
Sebagai gambaran, Marta merinci empat perbankan terbesar tanah air mencatatkan pertumbuhan kredit per November 2022. Kredit PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil tumbuh 13% YoY, kredit PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tumbuh 12,5% YoY, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tumbuh 10,1% YoY, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan pertumbuhan kredit 6,5% YoY per akhir November 2022.
Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan buy saham BBCA dengan target harga Rp 10.100, buy BBRI dengan target harga Rp 6.100, buy BMRI dengan target harga Rp 12.300, dan buy saham BBNI dengan target harga Rp 12.500.
Keempat bank besar ini juga berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih double digit. BBNI mencetak pertumbuhan laba bersih 79%, laba bersih BMRI naik 60%, BBRI naik 58% YoY, dan laba bersih BBCA naik 21% YoY per akhir November 2022.
Investor juga bisa mencermati sektor saham barang konsumsi. Sektor ini dinilai menarik karena sifatnya yang defensive yang tahan goncangan resesi. Selain itu, emiten sektor barang konsumsi juga mendapat sentimen positif dari normalisasi harga komoditas pangan dan komoditas energi, sehingga bisa memperbaiki margin keuntungan emiten.
Baca Juga: IHSG dan Blue Chip Terjun Saat Asing Beralih ke Pasar Saham China