Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Tak hanya di surat utang negara (SUN), obligasi korporasi pun juga menjadi incaran investor asing. Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan, kepemilikan asing di obligasi korporasi sepanjang Februari 2013 meningkat.
Sepanjang bulan lalu, asing tercatat menggenggam obligasi Rp 13,73 triliun atau sebesar 7,12% dari total nilai obligasi korporasi yang tercatat
Rp 192,82 triliun. Angka itu naik dibandingkan bulan Februari 2012 yang sebesar Rp 8,20 triliun atau 5,25% dari total obligasi korporasi senilai Rp 156,27 triliun.
Dibanding bulan Januari 2013, kepemilikan asing di Februari juga naik. Di Januari, kepemilikan asing di obligasi korporasi sebesar Rp 12, 77 triliun atau sebesar 6,7% dari total obligasi korporasi yang tercatat Rp 188,11 triliun.
Herdi Ranu Wibowo, Head of Debt Capital Market BCA Sekuritas menduga, kenaikan kepemilikan asing dipicu oleh yield obligasi pemerintah yang kian mini. Obligasi korporasi memang memiliki yield bagus dengan rata-rata 200 basis poin-300 basis poin di atas yield obligasi negara.
"Sehingga wajar asing sekarang memilih obligasi korporasi meskipun persentasenya masih relatif kecil apabila dibandingkan dengan obligasi negara," kata Herdi kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Ia melihat, kenaikan kepemilikan asing mulai terasa sejak kuartal III tahun lalu. Data KSEI mencatat, saat itu kepemilikan asing di obligasi korporasi naik menjadi Rp 9,28 triliun dibandingkan Juni 2012 yang sekitar Rp 8,94 triliun.
Dana asing yang makin besar ini, diprediksi akan mengerek harga obligasi korporasi di pasar sekunder. Menurut Herdi, harga obligasi korporasi berpotensi bergerak naik 50 basis poin-100 basis poin setelah diterbitkan.
Analis obligasi Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul memperkirakan, asing masih akan membanjiri obligasi korporasi hingga Mei 2013. Semakin mendekati Pemilu 2014, asing mulai kembali menata portofolio investasi seiring risiko politik di Indonesia yang bakal meningkat.
Prediksi Jemmy, bunga BI akan stabil di level 5,75%. Ini memicu korporat untuk memperbanyak penerbitan obligasi. "BI rate jadi benchmark selain rating perusahaan," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News