Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sepanjang tahun 2016, investor asing terus memperbesar alokasi dana pada Surat Utang Negara (SUN) bertenor panjang.
Mengacu data SUN dwi mingguan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 12 Juli 2016, kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 650,4 triliun.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 47,83% diparkir pada SUN bertenor panjang, lebih dari 10 tahun. Angka tersebut bertambah dari posisi akhir tahun 2015 yang tercatat 44,68%.
Mereka juga menggemukkan aset pada SUN bertempo satu tahun – dua tahun dari semula 1,28% menjadi 2,7%.
Sebaliknya, investor asing mengecilkan dananya pada SUN bertenor lima tahun – 10 tahun dari semula 38,98% menjadi 35,62%. Lalu pada SUN bertempo dua tahun – lima tahun dari posisi 11,82% ke 10,99%. Serta SUN bertenor kurang dari setahun dari level 3,23% menjadi 2,86%.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra mengungkapkan, biasanya investor asing memang menggemari obligasi bertenor lebih dari tujuh tahun. Hal ini mengindikasikan optimisme mereka terhadap prospek pasar obligasi domestik di waktu mendatang.
Sebab, jika harga SUN terangkat, obligasi negara bertempo lama berpeluang menghimpun kenaikan harga (capital gain) yang lebih besar ketimbang yang bertenor pendek.
Selisih imbal hasil antara SUN bertenor lebih dari tujuh tahun dibandingkan SUN bertempo pendek juga cukup tinggi. Hal ini menambah daya tarik SUN tenor panjang.
Terlebih pasokan SUN bertenor panjang juga lebih banyak. Meskipun kupon SUN bertempo lama lebih tinggi, pemerintah memang berupaya mengurangi risiko refinancing.
“Kupon SUN tenor panjang lebih besar. Tapi aliran dana yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) cukup besar, bisa menekan biaya pendanaan,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News