kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Aset melimpah tak selalu berarti kantong sehat!


Selasa, 26 Februari 2013 / 08:30 WIB
Aset melimpah tak selalu berarti kantong sehat!
ILUSTRASI. Promo WednesDeal dari A&W khusus hari Rabu di bulan Oktober 2021, Bu1 Get 1 FREE Burger Rp 30.000 isi Australian Beef (Dok/A&W)


Sumber: Tabloid KONTAN | Editor: Ruisa Khoiriyah

JAKARTA. Sudah berapa lama Anda bekerja? Tabungan ada, mobil sudah ada, rumah juga? Mungkin Anda juga memiliki saham, emas, reksadana, apartemen, atau tanah? Wah, lumayan juga, ya. Eh, tapi, tunggu dulu. Sudah sehatkah kondisi keuangan Anda?

Memeriksa aset merupakan salah satu langkah prinsip perencanaan keuangan. Dengan melihat dan mendata lagi daftar aset Anda, strategi pencapaian tujuan keuangan bisa disusun lebih sempurna.

Tak berbeda dengan pemeriksaan kesehatan fisik yang juga perlu digelar rutin, check up ini bertujuan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Mungkin Anda perlu mengubah gaya hidup, begitu mengetahui kondisi aset keuangan Anda. Bisa pula Anda terinspirasi untuk mencari kerja sambilan agar wajah keuangan Anda lebih ideal. Karena itu, pemeriksaan aset keuangan bisa digelar setidaknya setahun sekali, bareng dengan evaluasi rencana keuangan tahunan. Dari sana, strategi lanjutan akan lebih mudah dirumuskan.

Lantas, apa saja yang harus kita lakukan dalam menggelar asset check-up? Yuk, kita bahas. bersama-sama.

Kualifikasi aset

Para perencana keuangan menyarankan, langkah pertama memeriksa kesehatan aset adalah dengan membuat pengelompokan. Berdasarkan likuiditasnya, aset kita bagi dalam dua kelompok besar. Pertama, aset likuid atau lancar. Termasuk di sini adalah harta yang mudah dicairkan atau dijual kembali, seperti uang tunai, tabungan, deposito, nilai tunai asuransi, saham, dan emas. Kelompok kedua, aset tak lancar. Rumah kedua, tanah, ruko, koleksi lukisan, bisnis yang dijalankan, contohnya.

Di luar itu, ada pula kelompok aset investasi yang berisi aset-aset bernilai investasi. Aset investasi bisa bersifat likuid maupun non-likuid. Lalu, ada aset guna, yaitu barang atau aset yang digunakan sendiri, seperti mobil transportasi sehari-hari, rumah yang ditempati.

Langkah berikut setelah mendata jenis aset adalah mendedah lebih mendalam berdasarkan sifatnya: aset produktif dan aset konsumtif. “Disebut produktif jika dia memberikan manfaat berupa peningkatan nilai maupun hasil,” ujar Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting.

Aset jenis ini terkadang disebut juga sebagai aset aktif karena mampu memberikan penghasilan pasif (passive income). Contohnya, bisnis yang menguntungkan, properti yang disewakan, saham, bunga obligasi, dividen saham, dan seterusnya. Sebaliknya, aset konsumtif menunjuk pada aset yang dinilai tak memberikan manfaat atau yang nilainya menurun.

Pengelompokan aset penting dilakukan karena dari sini tingkat kesehatan aset Anda bisa tergambar. Misalnya, setelah mendata, rupanya mayoritas aset Anda termasuk tak likuid. Kendati nilainya besar, itu bisa jadi indikasi kondisi finansial Anda kurang sehat. Demikian pula ketika ternyata kebanyakan aset Anda tak produktif.

Usai mengelompokkan aset, kini saatnya mengukur lebih jauh tingkat kesehatan aset. Ada banyak cara yang bisa dipilih. “Ukuran kinerja setiap aset berbeda-beda,” imbuh Lisa Soemarto, Senior Financial Advisor AFC Financial. Aset saham, misalnya, bisa dilihat dari sisi pertumbuhan harga juga likuiditasnya. Lalu, properti dilihat dari harga pasar dan juga beda lagi. Namun, secara umum, kita perlu melihat perkembangan nilai pasar juga pertumbuhan harga versus inflasi.

Rakhmi Permatasari, perencana keuangan Safir Senduk dan Rekan, memilih pengukuran kesehatan aset dengan menggunakan rasio keuangan. “Bisa dengan rasio likuiditas, rasio utang, rasio kekayaan bersih, rasio aset investasi terhadap total aset, hingga rasio solvency,” ujarnya.

Rasio likuiditas pada prinsipnya ditujukan untuk mengukur kemampuan Anda atau keluarga mengubah aset menjadi nilai tunai dengan segera. Sedangkan, rasio kekayaan bersih didapatkan dari total aset dikurangi utang. Untuk rasio utang, para perencana keuangan rata-rata menetapkan 30%−40% sebagai batas maksimal rasio utang.

Rasio solvency bisa didapatkan dari perbandingan total kekayaan bersih dengan total aset. Ini untuk mengukur kemampuan aset Anda menutup utang. Semakin besar angkanya, semakin baik keuangan Anda. Lalu, ada pula rasio aset investasi terhadap total aset atau kekayaan bersih. Rumus tersebut untuk mengukur tingkat kekuatan investasi dalam menopang kehidupan Anda. Semakin kecil angkanya, pertanda keuangan Anda perlu pembenahan lebih lanjut.

(Simak ulasan lebih lengkap di Tabloid KONTAN No. 22-XVII, 2012 terbit Senin, 25 Februari 2013)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×