kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.284   -189,00   -1,17%
  • IDX 6.992   -116,03   -1,63%
  • KOMPAS100 1.043   -21,20   -1,99%
  • LQ45 818   -16,03   -1,92%
  • ISSI 213   -3,42   -1,58%
  • IDX30 418   -8,84   -2,07%
  • IDXHIDIV20 504   -9,78   -1,91%
  • IDX80 119   -2,49   -2,05%
  • IDXV30 125   -2,25   -1,77%
  • IDXQ30 139   -2,60   -1,83%

Aset kripto berbasis decentralized finance (deFi) dianggap lebih menarik, kenapa?


Selasa, 20 April 2021 / 19:46 WIB
Aset kripto berbasis decentralized finance (deFi) dianggap lebih menarik, kenapa?
ILUSTRASI. Aaset kripto yang masuk ke dalam kategori program decentralized finance (deFi) adalah salah satu yang menarik.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geliat aset kripto terus berlanjut. Banyak investor semakin melirik aset kripto sebagai instrumen investasi alternatif yang menawarkan imbal hasil yang menarik. Apalagi, instrumen aset kripto sendiri jumlahnya sangat beragam, sehingga semakin banyak memberi opsi bagi investor.

Merujuk data Indodax pada Senin (19/4) malam, sejumlah aset kripto mampu mencatatkan kenaikan lebih dari 10%. Mulai dari Filecoin (FIL), Sushiswap (SUSHI), Basic Attention Token (BAT), hingga Compound (COMP).

CEO Triv.co.id Gabriel Rey mengatakan, dari banyaknya aset kripto yang beredar saat ini, aset kripto yang masuk ke dalam kategori program decentralized finance (deFi) adalah salah satu yang menarik.

“deFi seperti SUSHI dan COMP, menurut saya, jauh lebih menarik karena banyak venture capital bahkan Wall Street juga telah bermain deFi sejak beberapa bulan ke belakang. Misalnya venture capital Andreessen Horowitz yang baru saja berinvestasi senilai US$ 4,4 jt pada sebuah deFi,” ujar Gabriel ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (21/4).

Baca Juga: Siap-siap, transaksi kripto bakal kena pajak

Gabriel menambahkan, ketika terdapat banyak institusi atau ada suntikan investasi besar ke sebuah token, secara fundamental hal tersebut menjadi sentimen positif untuk prospek ke depannya.

Ia juga bilang, saat ini khusus pengguna Triv di Indonesia memang lebih menyukai coin atau token yang berbau deFi seperti SUSHI maupun 1inch yang merupakan salah satu coin untuk decentralised exchange. Dari segi harga, kata Gabriel, token berkategori deFi dari sisi harganya juga terus naik jika dilihat dalam beberapa bulan ke belakang.

Sementara Co-founder Cryptowatch dan pengelola channel Duit Pintar Christopher Tahir menyebut, dalam melihat prospek token, tidak bisa disamaratakan. Hal ini karena setiap token punya utilitas fungsi yang berbeda-beda. Namun, ia bilang, nama seperti COMP cukup menarik karena termasuk sebagai big cap di dalam ekosistem DeFi.

“Bicara soal token utilitas ini kan fungsi utamanya adalah sebagai media insentif atau media bayar di dalam ekosistemnya. Secara logis, seharusnya token-token tersebut dari sisi harga seharusnya cenderung stabil, karena mengacu pada kegunaan masing-masing,” imbuh Christopher.

Secara fundamental, Christopher juga menilai, token-token tersebut relatif sulit untuk mengalami lonjakan harga yang signifikan. Pasalnya, saat ini juga masih minim institusi yang mau menyimpan token-token tersebut di dalam portofolio mereka maupun menyuntikkan investasi.

Ia mencontohkan, token utilitas SUSHI. Jika digunakan lewat platform mereka sendiri, yakni Sushiswap, pengguna akan diberikan insentif berupa SUSHI ketika memberikan likuiditas untuk transaksi pertukaran token atau koin lain, misal ETH/SUSHI.

Hanya saja, ia melihat, saat ini justru banyak investor ritel yang memilih membeli token maupun aset kripto lainnya berdasarkan spekulan saja ketimbang pemanfaatan utilitasnya. Karena harga token ini kan lebih murah jika dibandingkan Bitcoin.

“Karena lebih bersifat spekulan, pergerakan harga token atau koin-koin ini mengacu pada harga Bitcoin itu sendiri. Jadi, apabila Bitcoin naik, token-token ini akan naik berkali-kali lipat, begitupun sebaliknya. Artinya, risiko volatilitasnya jauh lebih tinggi sehingga sulit diprediksi,” kata Christopher.

Walau demikian, Gabriel meyakinim secara umum prospek aset kripto masih cukup menarik karena aset kripto masih dalam sentimen bullish sehingga harga masih akan terus naik dalam jangka waktu dekat.

Sentimen seperti, adanya kabar yang menyebut bahwa The US Security and Exchange Commision (SEC) akan menyetujui Exchange Traded Fund (ETF) bitcoin dalam tahun ini. Lalu, berdasarkan analisa blockchain, jumlah koin dan token masih lebih banyak dibeli oleh para penjual, ketimbang investor sehingga stock coin di exchange terus menipis

“Namun, dengan jumlah investor ritel aset kripto global maupun Indonesia yang terus meningkat seharusnya akan membuat prospek aset kripto masih akan menarik,” kata Gabriel.

Baca Juga: Bappebti jelaskan soal rencana pengenaan pajak pada kripto



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×