kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arus Masuk Dana Asing Bisa Kerek IHSG, Cermati Sektor Saham Pilihan Berikut


Senin, 04 April 2022 / 06:37 WIB
Arus Masuk Dana Asing Bisa Kerek IHSG, Cermati Sektor Saham Pilihan Berikut
ILUSTRASI. Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi dapat terus menguat seiring dengan masuknya dana asing dalam jumlah besar ke emerging market, termasuk pasar modal Indonesia. 

Ekonom Ciptadana Sekuritas Asia Nicko Yosafat memperkirakan, IHSG pada 2022 dapat melanjutkan kenaikan hingga ke level 7.600.

Nicko mencatat, total dana asing yang masuk ke bursa saham dalam negeri pada kuartal pertama 2022 mencapai sekitar Rp 32 triliun. Jumlah tersebut meningkat sangat signifikan, mengingat dana asing yang masuk sepanjang 2021 hanya sebesar Rp 38 triliun.

Nicko menyampaikan, inflow asing dalam jumlah besar ini didorong oleh kenaikan inflasi yang menerpa perekonomian global akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina. 

“Dampak langsung konflik Rusia-Ukraina memang kecil terhadap Indonesia, tetapi konflik tersebut membuat peningkatan harga komoditas sehingga Indonesia kebanjiran foreign flow," kata Nicko dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (3/4).

Baca Juga: Akhir Pekan lalu Menguat, Begini Proyeksi IHSG Hari Ini, Senin (4/4)

Lebih lanjut, konflik Rusia-Ukraina mendorong peningkatan inflasi di Amerika Serikat (AS) sekitar 7,9% secara tahunan pada Februari 2022. Hal ini akan membuat bank sentral di Negeri Paman Sam mengambil kebijakan pengetatan suku bunga acuan berupa penyesuaian sebanyak enam kali lagi hingga akhir 2022.

Di sisi lain, pengetatan kebijakan moneter di AS menjadi momentum bagi emerging market seperti Indonesia untuk meningkatkan foreign flow. "Kami awalnya memperkirakan IHSG menyentuh level 7.300 tahun ini tapi targetnya meningkat jadi 7.600 pada 2022 karena faktor tadi,” tutur Nicko.

Dalam kesempatan yang sama, Founder Indonesia Investment Education Rita Efendy mengatakan, peningkatan inflasi terjadi di seluruh dunia. Namun, peningkatan inflasi lebih tinggi terjadi di negara maju karena tingkat stimulus yang diberikan ke konsumen setelah pandemi.

“Naiknya harga energi dan pangan telah memicu inflasi yang lebih tinggi di banyak negara. Faktor-faktor tersebut dapat terus menambah inflasi pada 2022,” ucap Rita.

Inflasi tersebut akan membuat arus masuk dana asing konsisten membanjiri emerging market. Rita memperkirakan, IHSG dapat berada di level kisaran 7.400-7.500. 

Harga komoditas pun akan tetap tinggi sepanjang tahun karena gangguan pasokan dan kenaikan permintaan.

Earnings growth diperkirakan berada di kisaran 22% pada 2022 dengan pertumbuhan ekonomi hingga 5,4%. Adapun tingkat inflasi di kisaran 3,2% dan Rupiah akan stabil di kisaran Rp14.000. Hal ini pun didukung dengan penanganan Covid-19 yang kemungkinan menjadi endemi.

Sektor-sektor pilihan

Melihat kondisi tersebut, Rita mencermati empat sektor di pasar modal yang memiliki prospek pertumbuhan positif, yaitu mining khususnya metal, perbankan, properti, dan menara telekomunikasi. Menurutnya, sektor mining akan terdorong kebutuhan nikel ke depannya seiring dengan tingginya kebutuhan baterai untuk kendaraan listrik dan stainless steel.

"Indonesia akan menjadi produsen nikel terbesar dengan diperkirakan 40% pangsa pasar pada 2024, terutama didorong oleh produksi nikel untuk stainless steel,” ucap Rita.

Kemudian, sektor perbankan terdorong pemulihan pertumbuhan ekonomi dan mobilitas sosial yang kembali menuju normal. Hal itu akan mendorong pertumbuhan kredit pada 2022. Industri perbankan juga dinilai masih mampu menjaga Cost of Fund (CoF) di tengah turunnya bunga deposito berjangka dan rendahnya exposure ke instrumen keuangan tersebut.

Di sektor properti, lanjut Rita, permintaan hunian kian solid seiring pulihnya pertumbuhan ekonomi. Keputusan pemerintah memperpanjang insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) untuk sektor properti juga menjadi katalis positif bagi industri tersebut.

Kinerja sektor kawasan industri pun akan didorong oleh permintaan dari investasi di industri terkait seperti pembangunan smelter dan pusat data. Namun ada yang tetap harus diwaspadai yaitu kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang mengikuti kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan bisa enam kali kenaikan hingga akhir 2022.

Baca Juga: Kinerja Membaik, Simak Rekomendasi Saham Penghuni Indeks LQ45 dari Analis Berikut

Selanjutnya untuk sektor menara telekomunikasi akan terdorong sentimen pertumbuhan ekonomi Indonesia. Masuknya investasi dari luar negeri juga akan menjadi katalis positif bagi sektor ini.

Founder kurikulumsaham.com Alex Sukandar menambahkan, masuknya dana asing telah mengatrol beberapa sektor saham di pasar modal dalam negeri yang pertumbuhannya di atas IHSG yang sebesar 7,56% per Jumat (1/4). Sektor-sektor tersebut adalah IDXEnergy 30,98%, IDXTrans 16,44%, IDXIndustry 12,21%, dan IDXBasic 8,61%.

Selain itu, masih ada sektor-sektor yang pertumbuhannya positif namun pertumbuhannya di bawah IHSG. Sebut saja IDXFinance yang naik 5,68% secara year to date (ytd), IDXCyclic 5,12%, dan  IDXInfra 0,87%.

Ia mengungkapkan saham-saham yang memiliki potensi bertumbuh ke depan (memanfaatkan momentum foreign flow) dan prospektif untuk investasi jangka panjang. Saham-saham tersebut adalah AKRA dengan potensi upside 11,24%, BBNI 19,86%, BBRI 9,77%, BMRI 8,53%, TLKM 4,36%, dan UNTR 13,97%.

Ada pula saham-saham yang selama lima hari perdagangan terakhir memiliki catatan menarik dengan masuknya modal asing sehingga menarik untuk penanaman modal jangka pendek. Sebut saja INCO, ASII, EMTK, TINS, ANTM, ADMR, MDKA, MNCN, dan TPIA.

Co-founder Syariah Saham Ady Nugraha menilai, saham Syariah JII pilihan mengacu pada kinerja kuartal keempat 2021 adalah ITMG, PTBA dan ADRO. Harga komoditas batubara diprediksi masih bisa naik dan sektor energi memiliki peluang positif

Selain itu, BRPT dan INDF masih memiliki peluang pertumbuhan. JPFA juga memiliki prospek yang baik terlebih dalam momentum Ramadan yang biasanya ada peningkatan permintaan produk poultry. Ady juga merekomendasikan KLBF di mana investor dapat memanfaatkan level support dan melepasnya jika masuk level resistance.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×