kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Arus dana keluar kian deras, yield SUN naik tajam


Jumat, 21 Januari 2011 / 08:18 WIB
Arus dana keluar kian deras, yield SUN naik tajam


Reporter: Harris Hadinata, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tekanan di pasar obligasi pemerintah masih belum berkurang. Indeks harga Surat Utang Negara (SUN) pun masih melorot. Bahkan, kemarin, indeks harga SUN, terperosok hingga level terendahnya yang baru.

Indeks SUN kemarin anjlok ke level 97,17. Ini turun sekitar 2,56% daripada indeks di hari sebelumnya. Artinya sejak awal tahun ini, indeks SUN telah mengalami pelemahan sekitar 8,37%.

Pelemahan tersebut terjadi lantaran arus uang keluar dari pasar SUN masih terus terjadi. "Asing masih terus menarik dananya," kata Analis Obligasi Bank Danamon Helmi Arman, kemarin (20/1).

Derasnya arus keluar dana asing tersebut menekan harga surat utang pemerintah terus turun dan mengerek yield. Lonjakan yield SUN bahkan cukup dahsyat.

Tengok saja SUN seri FR0053. Pada perdagangan kemarin, harga SUN bertenor 10 tahun ini anjlok 4,63% ketimbang harga hari sebelumnya ke level 92,75. Sementara yield surat utang ini melonjak hingga 8,04% menjadi 9,35%.

Yield obligasi yang bertenor lebih panjang malah sudah mencapai dua digit. Yield SUN seri FR0056 kemarin mencapai 10,74%. Artinya, yield SUN acuan untuk tenor 15 tahun ini naik 97 basis poin atau 10,25% dalam sehari. Ini merupakan kenaikan yield terbesar dalam dua tahun terakhir.

Tingginya inflasi dan ketidakpastian BI rate masih dituding sebagai penyebab kenaikan yield surat utang pemerintah ini. Analis menilai investor masih menunggu seberapa besar tingkat inflasi Indonesia sebelum kembali menentukan langkah investasi mereka. "Investor akan wait and see, mereka mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan inflasi," ujar Head of Global Market HSBC Holdings Plc Apratim Chakravarty seperti dikutip Bloomberg.

Bank Indonesia (BI) tampak masih berniat mempertahankan BI rate di kisaran 6,5%. Helmi memprediksi BI baru akan menaikkan BI rate pada April 2011.

Namun bukan tak mungkin BI mempercepat kenaikan bunga acuan melihat tingginya volatilitas di pasar obligasi. "Di saat laju inflasi makin kencang, sementara BI rate begini-begini saja, maka fluktuasi harga di pasar obligasi akan terus terjadi," ucap Helmi.

Namun analis pasar keuangan tetap meyakini prospek obligasi pemerintah masih cerah. Untuk jangka pendek, memang sebaiknya tidak menempatkan dana di SUN. Namun investor jangka panjang justru bisa memanfaatkan saat ini untuk mulai pelan-pelan menambah portofolio di surat utang pemerintah.

Helmi menilai tingkat yield SUN saat ini sudah reasonable bagi para investor. "Yield SUN bertenor 10 tahun kalau sudah di atas 9% berarti sudah mendekati rata-rata spread dengan inflasi inti, jadi sudah masuk akal," jelas dia.

Hanya saja, investor harus tetap mewaspadai kemungkinan arus dana masuk yang bakal semakin deras ke pasar obligasi. Jika hal tersebut terjadi, yield obligasi negara bakal turun tajam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×