kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.980.000   15.000   0,76%
  • USD/IDR 16.810   20,00   0,12%
  • IDX 6.446   7,70   0,12%
  • KOMPAS100 927   0,91   0,10%
  • LQ45 722   -0,90   -0,12%
  • ISSI 206   1,64   0,80%
  • IDX30 375   -0,74   -0,20%
  • IDXHIDIV20 453   -1,23   -0,27%
  • IDX80 105   0,08   0,08%
  • IDXV30 111   0,28   0,25%
  • IDXQ30 123   -0,06   -0,05%

Arah Pasar Saham Jelang Keputusan Suku Bunga Bank Indonesia


Senin, 21 April 2025 / 15:56 WIB
Arah Pasar Saham Jelang Keputusan Suku Bunga Bank Indonesia
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nym. Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22–23 April 2025 untuk menentukan arah suku bunga acuan.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22–23 April 2025 untuk menentukan arah suku bunga acuan. Berdasarkan konsensus pasar, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 5,75%.

Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan, mengatakan pasar saham cenderung bergerak hati-hati menjelang keputusan tersebut. Ia setuju dengan pandangan pasar bahwa BI kemungkinan besar belum akan mengubah suku bunga.

Alasannya, ketidakpastian global yang masih tinggi termasuk risiko ketegangan dagang dan rencana tarif baru dari Amerika Serikat membuat BI berpeluang kecil untuk menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga yang terlalu cepat dikhawatirkan justru menekan nilai tukar rupiah.

"Dengan suku bunga ditahan, IHSG kemungkinan akan bergerak terbatas di kisaran 6.300–6.600 dalam jangka pendek, sembari menunggu kepastian arah pasar global dan arus dana asing," kata Felix kepada Kontan, Senin (21/4).

Namun, jika suku bunga diturunkan, meskipun kemungkinannya kecil, saham-saham di sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti properti, konstruksi, dan perbankan berkapitalisasi kecil bisa mendapat angin segar. 

Baca Juga: AS Intervensi Sistem Pembayaran, Keamanan dan Kepentingan Nasional Bisa Terganggu

Sebaliknya, jika BI justru menaikkan suku bunga, meski ini skenario ekstrem, saham sektor komoditas dan eksportir berpotensi lebih tahan banting, sementara sektor konsumsi domestik bisa mengalami tekanan.

Oleh karenanya, Felix menyarankan agar investor tetap selektif dengan memilih saham-saham berfundamental kuat dan memiliki eksposur global karena kondisi luar negeri masih sangat memengaruhi pasar. Ia juga menilai sektor emas dan energi masih menarik untuk dijadikan aset pelindung nilai jika pasar mengalami gejolak setelah keputusan BI.

Sementara itu, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, juga memprediksi suku bunga BI akan tetap di angka 5,75%, sesuai ekspektasi pasar. 

Namun, ia menilai pergerakan pasar saham ke depan masih akan sangat dipengaruhi oleh dinamika global. Dalam jangka pendek, IHSG akan bergerak di level 6.000 hingga 6.600.

"Saran bagi investor adalah untuk tetap hati-hati, sambil melihat aktivitas investor asing." ujar Rully kepada Kontan, Senin (21/4).

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, Ekky Topan, memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini. 

Menurutnya, keputusan ini penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sekaligus tetap mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tantangan global seperti ancaman perang dagang dan potensi keluarnya dana asing.

"Dalam jangka pendek, IHSG akan bergerak volatil dan cenderung netral di rentang pergerakan 6.350-6.500," ucap Ekky kepada Kontan, Senin (21/4).

Ekky berpandangan jika suku bunga turun tentu memberikan sentimen positif untuk market, dengan potensi penguat indeks mungkin bisa 2-5%. 

Sebab, penurunan suku bunga dapat meningkatkan likuiditas, menurunkan biaya pinjaman, dan mendorong pertumbuhan kredit, yang menguntungkan sektor perbankan, konsumsi, dan properti. Sentimen ini juga menarik aliran modal asing ke pasar saham Indonesia, mengingat imbal hasil AS lebih rendah.

Namun jika suku bunga naik, IHSG mungkin bisa terkoreksi 2-5%, bahkan di bawah level 6.000. Pasalnya, kenaikan suku bunga meningkatkan biaya pinjaman, menekan pertumbuhan kredit, dan mengurangi daya beli, yang berdampak buruk pada sektor konsumsi dan properti. Investor asing juga dapat menarik dana ke pasar AS dengan imbal hasil lebih tinggi.

"Meskipun kemungkinan besar suku bunga masih akan ditahan, untuk valuasi saham saat ini menurut saya sudah lumayan terkoreksi dan direkomendasikan untuk melakukan pembelian bertahap terutama ke saham BUMN dan blue chip," tambah Ekky.

Ekky merekomendasikan sejumlah saham untuk layak dicermati, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan target lanjutan Rp 2.400. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) juga mulai berbalik arah dengan target terdekat Rp 2.000. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga masih menarik pada target Rp 3.000-Rp 3.200. Selain itu, investor bisa juga memperhatikan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan target Rp 1.200-Rp 1.240 per saham.

Baca Juga: Emiten Afiliasi Prajogo Pangestu, Petrindo Jaya Kreasi Bagikan Dividen US$ 2 Juta

Selanjutnya: AS Intervensi Sistem Pembayaran, Keamanan dan Kepentingan Nasional Bisa Terganggu

Menarik Dibaca: Paus Fransiskus Meninggal Dunia di Vatikan di Usia 88

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×