Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga minyak kembali ke level US$ 50 per barel. Kenaikan harga karena ada perbaikan permintaan minyak.
Mengutip Bloomberg, Rabu (4/3) pukul 14.30 WIB, pengiriman minyak WTI bulan April di New York Mercantile Exchange menetap di US$ 50,55 per barel. Harga minyak naik 0,06% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Sementara dalam sepekan terakhir, minyak turun 0,86%.
Arab Saudi menaikkan harga minyak, setelah bulan lalu Menteri Perminyakan negara itu menyebutkan, permintaan minyak tumbuh. Harga minyak Arab Saudi kontrak pengiriman bulan April ke Amerika Serikat (AS) naik US$ 1 per barel. Sementara harga minyak untuk Asia naik US$ 1,4 per barel.
Meski demikian, kenaikan harga minyak masih terganjal oleh pasokan yang melimpah. Sebelum laporan Energy Information Administration (EIA) dirilis pada Rabu (4/3) malam, survei Bloomberg News menunjukkan, stok minyak AS naik sebesar 3,95 juta per barel pada pekan lalu. Adapun total stok minyak naik menjadi 438 juta barel pada pekan yang berakhir 27 Februari 2015.
"Keputusan Arab Saudi meningkatkan harga minyak ke Asia merupakan indikator yang akan meningkatnya permintaan," ujar Ric Spooner, analis strategis CMC Markets di Sydney kepada Bloomberg, kemarin.
Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan, kenaikan harga minyak saat ini belum mengonfirmasi tren naik (bullish) dalam jangka panjang. Di satu sisi, suplai minyak AS masih melimpah. Namun, gesekan konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah dapat menjaga harga minyak di atas level US$ 50 per barel.
Kenaikan sementara
Nizar Hilmy, analis PT SoeGee Futures, menambahkan, konflik dan penyerangan kilang minyak di Libia turut memberikan sentimen positif bagi minyak. Pelaku pasar mulai khawatir, konflik ini akan mengganggu aktivitas produksi minyak.
Namun dalam jangka pendek, harga minyak akan bergantung pada data stok minyak dan data ekonomi AS yang akan menggerakkan dollar AS. Apabila indeks dollar melaju kencang, maka hargaminyak sulit menanjak. "Harga minyak masih akan turun karena kelebihan pasokan masih menjadi sentimen utama," imbuh Nizar.
Secara teknikal Agus menjelaskan, harga berada di atas moving average (MA) 50, namun di bawah MA 100. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area netral dengan garis histogram mendatar. stochastic berada di level 72% hampir memasuki area jenuh beli (overbought). Sementara relative strength index (RSI) berada di area netral di level 50%. Ini menegaskan bahwa harga minyak masih konsolidasi.
Agus memprediksikan, harga minyak sepekan mendatang terbentang di US$ 47,60-US$ 54,20 per barel. Sementara Nizar menduga harga minyak bergerak di antara US$ 47-US$ 51 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News