kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Apa yang terjadi di pasar saham setelah PSBB dibuka?


Rabu, 03 Juni 2020 / 10:40 WIB
Apa yang terjadi di pasar saham setelah PSBB dibuka?
ILUSTRASI. Edbert Suryajaya, Senior Investment Analyst Infovesta Utama


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

Di SBN mulai ada aliran dana masuk, porsi kepemilikan SBN yang tenor panjang ini mulai meningkat. Jadi itu biasanya itu mengindikasikan ada outlook positif dari investor asing terhadap pasar kita. 

Tapi tentu saja semua ini masih menunggu, aliran dana mulai masuk tapi sifatnya masih bertahap belum jor-joran. Jadi saya rasa semuanya masih menunggu, nanti setelah dibuka perkembangannya seperti apa. Saya cukup yakin tidak ada yang bisa memprediksikan secara akurat, karena ini kan nature dari virus ini, kita belum tahu secara lengkap. Kalau kita sudah tahu, kan sudah ketemu penangkalnya yang efisien.

Apa yang sebaiknya dilakukan investor?

Sebenarnya secara umum, kondisi yang seperti ini kalau untuk investor dengan outlook yang panjang adalah kondisi yang ideal. Kalau ngomong bodohnya, kapan lagi kita bisa dapat barang diskon segini banyak, karena market itu kan dalam beberapa tahun naik dengan cukup kencang. 

Walau tahun lalu ada perang dagang, tapi turunnya relatif sedikit, terus kemudian tahun ini baru diskon besar-besaran. Secara valuasi banyak perusahaan yang menarik, memang mungkin saat ini kondisi keuangannya sedang tidak terlalu baik seiring dengan perlambatan ekonomi. Otomatis omzet perusahaan juga turun, tapi saya lihat tidak semua emiten. 

Beberapa emiten kategori blue-chip tentunya mempunyai ketahanan finansial yang kuat. Mereka harusnya bisa melewati periode ini, saya tidak tahu 1 atau 2 tahun periodenya. Nah setelah itu kembali aktif, emiten-emiten ini bisa kembali naik karena sudah kembali normal.

Jadi dari sisi investor kalau punya outlook jangka panjang, saya rasa sekarang boleh mengakumulasi, tapi tentu saja tidak full power. Karena kita harus lihat lagi apakah fase 2 dari virus ini muncul atau tidak, lalu juga kemungkinan sentimen negatif dari hubungan antara Amerika dengan Tiongkok. Itu kan makin panas, makin panas. Beberapa sentimen negatif itu masih bisa mewarnai.

Di sisi lain valuasi dari beberapa blue-chip itu sudah sangat murah karena mereka harganya tahun ini turun antara 30%-50%. Jadi valuasinya itu sudah murah, jadi sebenarnya cukup menarik untuk diakumulasi.

Kalau pemilihan sektornya seperti apa?

Untuk yang lebih defensif tentu saja konsumer. Jadi sektor konsumer beberapa yang sudah saya lihat laporan keuangan awal tahun Q1-2020, pertumbuhan labanya baik. Valuasinya menarik, karena mereka turun juga tahun ini tapi turunnya tidak sedalam yang lain. Mereka turunnya 10%-20%-an. 

Nah untuk yang lebih jangka panjang, saya ini lihat sektor komoditas pertambangan. Ini cukup menarik untuk dikoleksi. Memang beberapa sudah rebound, tapi secara valuasi masih cukup menarik untuk dipertimbangkan dari sektor pertambangan. Apalagi pertambangan ini kan tertekannya bukan baru-baru ini saja, sudah dari tahun lalu sektor ini tertekan, sehingga valuasinya benar-benar murah. 

Tapi apakah dengan perangnya OPEC dan non-OPEC dan membuat harga minyak dunia jatuh, apa tidak mempengaruhi valuasi perusahaan pertambangan?

Tentu saja pengaruh. Saya angkat sektor pertambangan ini kenapa, karena saham pertambangan ini turunnya bukan dari kemarin-kemarin itu sudah turun, jadi valuasinya murah. 

Satu contoh, beberapa waktu lalu Adaro Energy itu valuasinya sangat murah, jadi harga sahamnya kurang lebih sama dengan aset lancarnya perusahaan. Aset kas setara kas dibagi dengan jumlah saham beredar itu mirip dengan harga sahamnya. 

Jadi istilahnya kita sebagai investor membeli perusahaan seharga jumlah depositonya saja. Itu kan gila kan, itu seperti aset yang lainnya tidak dihargai kan? Jadi valuasinya itu benar-benar atraktif, memang sejak saya ketemu saham itu dan kita sampaikan kepada investor harganya sudah naik 25%-an.

Ada beberapa saham lain juga kondisinya masih demikian. Kalau ditanya dalam jangka pendek bisa naik enggak? Selalu susah jawabnya, kemungkinan turun tetap terbuka. 

Tapi kalau kita beli yang seperti ini tuh, kalau kita belinya jangka panjang. Jangka panjang itu 5 tahun-10 tahun, ketika siklus ekonominya sudah berputar. Kita ini kan siklus ekonominya sedang di bawah, nah ketika siklus ekonominya ke atas perusahaan akan bisa melaju kencang. Apalagi kalau misalnya kemarin ketika kondisi di Tiongkok sudah lebih baik, indeks manufaktur-nya sudah naik, pabrik-pabriknya juga sudah kembali beroperasi, yang pertama kali naik kan harga komoditas. 

Ini boleh dibilang satu idea yang bisa dieksplorasi oleh investor, karena harga-harga ini sebenarnya sudah tertekan dalam. Tapi investor harus siap untuk investasi dalam jangka waktu panjang, tidak bisa lihat ini akan selesai dalam jangka waktu pendek.

Lalu kemudian, saya juga ingin menyoroti sektor perbankan. Perbankan ini sedang tertekan, terutama bank-bank blue-chip big 3, big 4, seperti BRI, BCA, Mandiri itu kan tertekan. Kemarin karena isu bank jangkar dan kondisi keuangan sendiri sedang tidak menguntungkan karena NPL naik dan macam-macam. 

Tapi kalau lihat dari sisi yang lain, valuasi perusahaan-perusahaan ini juga sedang murah. Jadi tentu saja harus berhati-hati dengan risiko finansial karena risiko kredit macet tentu saja ada kemungkinan untuk membesar. Tapi dengan catatan roda perekonomian bisa berputar dan berangsur-angsur normal, sektor keuangan ini akan bisa rebound lebih cepat.   

Jadi seperti itu tadi, mungkin yang defensif sektor konsumer. Istilahnya dalam jangka waktu dekat potensi naiknya tetap terbuka, karena dari sisi profitabilitas mereka lebih kuat dalam kondisi sekarang karena masih bisa berjualan. Untuk jangka panjang kita bisa memilih sektor pertambangan dan keuangan.

Tapi kalau bicara perusahaan konsumer, ICBP salah satu emiten yang favorit sepertinya sempat kena sentimen negatif juga karena corporate action-nya?

ICBP ini memang juga sempat saya lihat. Labanya di Q1 2020 cukup fantastis ya, naik sangat tinggi. Dari sisi corporate action-nya sendiri apakah itu membuat kinerja perusahaan menjadi lebih jelek, terus terang saya tidak punya informasi lebih jauh tentang perusahaan yang diakuisisi. Tapi melihat dari pemberitaan-pemberitaan, saya menyimpulkan jelek. Tapi bisa juga karena terkait sentimen, karena itu kan perusahaan afiliasi. 

Mungkin ada juga investor-investor melihatnya ada pemiliknya mau cash out. Ini kan yang membuat investor secara umum tidak suka. Tapi dari sisi lain saya melihatnya kenapa tidak, kalau untuk investasi jangka panjang selama manajemen perusahaan ini mengoperasikan perusahaan dengan baik. Ya sekarang kan kondisi susah. Jadi ketika diberikan satu sentimen negatif sedikit reaksinya bisa ekstrem. 

Saya rasa semua investor mindset-nya sedang takut dengan risiko. Begitu ada perusahaan melakukan corporate action agak nyeleneh, akan langsung ditinggalkan.

Di sisi perusahaan sih saya melihat perusahaan ini kuat ya. Dari produk-produknya juga sangat diminati masyarakat. Sebenarnya ini salah satu saham defensif yang menarik untuk dikoleksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×