Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penambahan modal coba diupayakan oleh salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Angkasa Pura I dengan menerbitkan obligasi serta sukuk di pasar modal. Tak main-main, perusahaan yang merupakan operator bandara tersebut menerbitkan obligasi senilai Rp 2,5 triliun dan juga sukuk ijarah 1 senilai Rp 500 miliar.
Obligasi dan sukuk tersebut terbit dalam tiga seri yakni seri A dengan tenor 5 tahun, seri B dengan tenor 7 tahun serta seri c dengan tenor 10 tahun. Nah, dari ketiga seri tersebut terdapat imbalan yang cukup bervariasi dari 8,10% hingga 8,55%. Mengenai obligasi ini Pefindo memberi peringkat AAA.
"Akan digunakan untuk untuk 13 airport, prioritasnya 3 airport, Jogja, Semarang, dan Banjarmasin," kata Danang S. Baskoro, direktur utama Angkasa Pura I, Senin (28/11).
Nah ketiga bandara ini memiliki investasi masing-masing Rp 9,8 triliun untuk Yogyakarta, Rp 2,1 triliun untuk Semarang dan Rp 2,1 triliun untuk Banjarmasin.
Untuk belanja modal, mereka bakal menganggarkan separuh dari total investasi ketiga bandara tersebut. Sementara itu, mereka menargetkan pendapatan sebesar Rp 7,9 triliun dengan laba di atas Rp 1 triliun. Tahun ini mereka menargetkan pendapatan di angka Rp 5,8 triliun dan mengestimasikan pendapatan hingga Rp 6,1 triliun hingga akhir 2016 mendatang.
Menurut Yudhistira, analis obligasi Danareksa Sekuritas, Obligasi BUMN cukup jarang berada di pasar sekunder atau di trading. Investor cenderung untuk menyimpan obligasi tersebut. Hal tersebut ditambah lagi dengan peraturan OJK yang baru yang menyatakan bahwa infrastruktur terhitung sebagai obligasi negara.
Prospek Angkasa Pura tersebut menurut Yudhistira masih sangat potensial mengingat Angkasa Pura I bisa dikatakan sebagai monopoli bandara yang ada di Indonesia karena hanya ada dua perusahaan operator bandara di Indonesia yakni Angkasa Pura I dan juga Angkasa Pura II.
Selain itu, sebagai obligasi BUMN, Obligasi milik Angkasa Pura ini cukup dilirik ditambah lagi dengan obligasi yang jarang ada di pasar trading sehingga menimbulkan market yang bagus pula.
Menurutnya akan ada beberapa investor yang tertarik untuk melirik investasi ini. " Seperti Dana Pensiun dan juga Asuransi, namun lebih untuk investasi jangka panjang," kata Yudhistira kepada KONTAN, Senin (28/11).
Ia juga mengatakan bahwa permintaan obligasi ini kemungkinan besar akan besar, meski tak akan sebesar September dan Oktober yang lalu. Makanya, Yudhistira menilai bahwa menerbitkan obligasi saat ini kurang tepat lantaran sudah ada Rp 90 triliun obligasi yang terbit dan Rp 50 triliun yang jatuh tempo sehingga investor sudah terlanjur memenuhi portofolio mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News