Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mempertimbangkan opsi penerbitan saham baru terbatas atau rights issue di tahun depan. "Itu memang program Kementerian BUMN. Jika menguntungkan untuk kami, ya kenapa tidak," ujar Direktur Utama ANTM, Alwin Syah Loebis, Selasa (18/9).
Tapi ANTM akan melakukan kajian internal terlebih dulu. Manajemen belum bisa memastikan kapan rencana tersebut akan terwujud. ANTM merupakan salah satu perusahaan BUMN yang diusulkan menggelar rights issue pada tahun depan, selain PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Aksi itu dalam rangka privatisasi oleh pemerintah. Ini lantaran pemerintah tidak mengeksekusi haknya dalam rights issue tersebut.
Pemerintah kini menguasai 6,2 miliar saham atau 65% dari total saham ANTM. Adapun investor publik memiliki 3,34 miliar atau 35% saham. Pemerintah ingin mengurangi porsi kepemilikannya di ANTM menjadi 60%. Jika rights issue itu terwujud, maka investor publik akan menguasai 40% saham.
Alwin enggan membeberkan kegunaan dana hasil rights issue tersebut. "Proyek kami kan banyak. Tapi nanti saja. Kami juga mesti kaji dulu rencana penerbitannya," kata dia.
Aneka Tambang tengah menggarap sejumlah proyek, antara lain pembangunan Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan, pembangunan pabrik Feronikel Halmahera Timur (FeNi Haltim) dan Smelter Grade Alumina (SGA). Proses pembangunan CGA Tayan sudah mencapai 80%, sementara proyek FeNi Haltim masih menunggu hasil tender.
Di proyek FeNi Haltim, Direktur Keuangan ANTM Djaja Tambunan menjelaskan, perseroan masih mengumpulkan penawaran dari sejumlah calon mitra usaha. Adapun calon partner itu berasal dari Denmark, Finlandia, Jerman, Austria, Korea Selatan dan Jepang. "Kemungkinan akan ada empat mitra untuk proyek ini," kata dia. Mitra kerja nantinya akan mengerjakan pembangunan pabrik, power plant, dan pembangunan jetty.
Di proyek FeNi Haltim, selain membangun pabrik feronikel, ANTM akan mendirikan dua jenis pembangkit listrik. Pertama, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 3x30 megawatt (MW). Kedua, pembangkit listrik tenaga disel (PLTD) dengan kapasitas 10x7MW.
Mitra global itu nanti didukung bank ekspor di negara masing-masing. "Perhitungan saat ini, dana dari para ECA (Export Credit Agency) mencapai US$ 600 juta," tutur Djaja.
Pemenang tender akan diumumkan pada Oktober 2012 mendatang. Dus, di kuartal I 2013 konstruksi sudah bisa dimulai. Nilai total proyek FeNi Haltim sekitar US$ 1,6 miliar. Selain dari ECA, perseroan memiliki amunisi dari penerbitan obligasi berkelanjutan senilai Rp 4 tirliun.
Analis Kim Eng Securities, Lucky Ariesandi, dalam risetnya masih mempertahankan prospek positif ANTM dalam jangka panjang. Apalagi, proyek CGA Tayan sudah mencapai 80% dan dijadwalkan mulai beroperasi semester II 2013. Sedangkan proyek FeNi Haltim sudah 20%.
Kim Eng masih mempertahankan rekomendasi buy untuk ANTM. Tapi target harganya dipangkas menjadi Rp 1.710 per saham di 2013, dari target sebelumnya Rp 2.025 per saham. Harga ANTM, Selasa (18/9), turun 2,86% menjadi Rp 1.380 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News